Jumat, 29 Januari 2016

LAPORAN ELDAS: TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT



TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT
A.  Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Walter H. bratain dan John Barden pada akhir desember 1947 di bell telephone laboratories berhasil menciptakan suatu komponen yang memepunyai sifat menguatkan yaitu yang disebut dengan transistor. Dimana transistor merupakan komponen elektronika yang befungsi sebagai pengut arus, stabilisaai, penyaklaran dan lain-lain. Dalam adaptor transistor berfungsi sebagai stabilizer, untuk penyetabil arus yang keluar dari blok filter. Keuntungan komponen transistor ini dibanding dengan pendahulunya yakni tabung hampa, adalah ukuran fisiknya yang sangat kecil dan ringan. Bahkan dengan tekonologi sekarang ini ratusan ribu transistor dapat dibuat dalam satu keeping silikon (Arafh dan Ikhfan, 2012).
Kita belum mengetahui bagaimana cara kerja rangkaian bias transistor common emitter, bagaimana cara membuat grafik cirri keluaran transistor serta bagaimana cara menetukan besar penguatan transistor pada rangkaian common emitter.
Karena dirasa penting untuk mengetahui itu semua, maka dilakukanlah praktikum ini yang membahas tentang semua itu.



2.    Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah sebagi berikut.
a.    Dapat Memahami cara kerja rangkaian bias transistor common emitter.
b.    Dapat Membuat grafik ciri keluaran transistor.
c.    Dapat Menentukan besar penguatan transistor pada rangkaian common emitter.
B. KAJIAN TEORI
Penguat emitor ditanahkan juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan. Rangkaian penguat common emitter adalah yang paling banyak digunakan karena memiliki sifat menguatkan tegangan puncak amplitudo dari sinyal masukan. Penguat emitter ditanahkan mempunyai impedansi masukan 1/1- kali lebih besar dari penguat basis ditanahkan dan impedansi keluaran transistor (1-) lebih kecil dari penguat basis ditanahkan (Sriwidodo, 2012).
Transistor NPN dan transistor PNP merupakan transistor yang terbuat dari semikonduktor tipe P dan semikonduktor tipe N. Pada transistor tipe ini nilai pergerakan dari elektronnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan pergerakan muatan positifnya, sehingga akan memungkinkan sistem beroperasi dengan arus yang besar dan pada kecepatan yang besar. Arus pada basis akan dikuatkan oleh kolektor. Jadi transistor NPN akan memasuki daerah aktif ketika tegangan yang berada pada basis lebih tinggi dari pada emitor dan menuju keluar yang menunjukan arah arus konvensional, saat alat mendapat panjar maju (Aditya, 2012).


E
 
C
 
                                                           













B
 


B
 




E
 



C
 




NPN
 

PNP
 
 




Gambar 3.1 Transistor Tipe NPN dan PNP
Transistor mempunyai dua persambungan satu antara emitter dan basis yang lain antara basis dan kolektor. Sehubungan dengan ini, suatu transistor dapat dipandang sebagai dua diode yang dalam hubungan saling membelakang. Dalam gambaran ini diode sebelah kiri disebut diode emitter-basis atau singkatnya diode emitter. Diode sebelah kanan disebut diode kolektor-kolektor atau secara singkat diode kolektor (Frenzel, 2010).











C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Transistor Sebagai Penguat
No.
Alat dan Bahan
Fungsi
1.
Transistor NPN
Sebagai penguat.
2.
Multimeter
Mengukur hambatan, kuat arus, dan tegangan listrik.
3.
Osiloskop
Melihat tampilan gelombang
4.
Signal generator
Pengatur isyarat masukan gelombang
5.
Papan rangkaian
Tempat merangkai komponen-komponen elektronika.
6.
Kawat email
Sebagai penghubung komponen
7.
Resistor
Sebagai hambatan listrik
8.
Kapasitor
Menyimpan muatan
9.
Catu daya
Sumber tegangan
10.
Potensiometer
Sebagai hambatan variabel

2.    Prosedur Kerja
a.    Bias Transistor
Prosedur kerja pada percobaan bias transistor ini adalah sebagai berikut.
1)   Mengambil resistor dengan nilai-nilai resistor yang sesuai di kotak eksperimen. Menyusun rangkaian seperti Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2 Penentuan Keadaan Operasi Transistor

2)   Mengatur potensiometer pada posisi nilai resistansi yang paling kecil.
3)   Mengukur arus IC yang mengalir pada RC dan tegangan VCE dan VBE. Mengukur juga resistansi dari potensiometer.
4)   Mengulangi langkah c dengan mengatur potensiometer (memutar potensiometer hingga tampak adanya perubahan arus IC dan tegangan VCE dan VBE).
5)   Membandingkan hasil yang diperoleh dari pengukuran langsung dengan perhitungan menggunakan rumus untuk IC dan VBE.
6)   Membuat kurva hubungan antara IC dan VCE dan mementukan titik operasi (d) rangkaian penguat tersebut.

b.    Common Emitter
Prosedur kerja pada percobaan bias transistor ini adalah sebagai berikut.
1)   Memasang rangkaian sebelum memasang kapasitor, mengatur potensiometer VR agar VCE =  VCC, pada keadaan ini menghitung arus IC dengan mengukur beda tegangan kedua ujung RC.
2)   Memasang kapasitor pada rangkaian dan memberikan masukan isyarat sinusoidal dengan frekuensi 1 kHz dan mengatur tegangan isyarat masukan agar isyarat keluaran tidak cacat bentuknya. Mengukur tegangan keluaran Vo dan isyarat masukan Vi dengan osiloskop. Memasang RL = 1 k pada keluaran dan mengukur Vo, Vi dan mengamati bentuk isyarat.
3)   Melepaskan pembangkit isyarat dan mengubah potensiometer hingga transistor tepat akan mulai pada keadaan saturasi yaitu VCE  0. Mengukur nilai VCE , IC, IB, dan VBE. Menghubungkan dengan pembangkit isyarat Vs (1 kHz 5 mV Vpp) dan mengamati bentuk keluarannya. Titik q akan tetap, dan bila IB  I saturasi. Pada keadaan ini transistor dikatakan dalam keadaan Hard on. Mengukur nilai VCE, IC, dan VBE . menghubungkan dengan pembangkit isyarat (1 kHz 5 mV Vpp) dan mengamati isyarat keluarannya.
4)   Melepaskan pembangkit isyarat, mengatur VR hingga VCE = 12 Volt. Mengukur IB, VBB, dan IC. Keadaan seperti ini dinamakan transistor dalam keadaan cut off. Arus IC  0. Menghubungkan dengan pembangkit isyarat (1 kHz 5 mV Vpp) dan mengamati bentuk isyarat keluarannya.
5)   Mengukur tegangan masukan dan tegangan keluaran transistor untuk setiap variasi VR, kemudian menentukan penguat tegangan transistor.












D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
a.    Data Pengamatan
1)   Bias Transistor
Data pengamatan pada percobaan bias transistor ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Pengamatan Bias Transistor
No.
RV (Ω)
IC (A)
VCE (V)
RC (Ω)
1.
1,1
2,4
1,28
RC = 0,4
2.
7,7
2,7
1,66
RE = 5,0
3.
15,9
1,6
1,94
Ri = 166,5

2)   Common Emitter
Data pengamatan pada common emitter adalah sebagai berikut.
VCC = 6 Volt
Vout = 10 Volt
Vin   =  460 Volt
b.   Analisis Data
1)   Common Emitter
Dik  : VCC = 6 Volt
Vout = 10 Volt
Vin   =  460 Volt
Dit     : VA = .........?
Penye :
21,739 Kali
2)   Menentukan Keadaan Operasi Transistor
VCC = VCE + ICRC + IERE
6 =  IE .  166500
6 =  + 12  IE (166500)
6 = 13,28  IE (166500)
IE  =
=  A

2.    Pembahasan
Transistor merupakan komponen monokristal semikonduktor dimana dalam komponen terdapat dua pertemuan antara P-N sehingga dapat dibuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N. Seperti kita ketahui bahwa transistor merupakan komponen yang dapat memperbesar level sinyal keluaran sampai beberapa kali sinyal masukan. Kelebihan dari transistor penguat tidak hanya menguatkan sinyal, tapi transisor ini juga bisa digunakan untuk penguat arus, penguat tegangan, dan penguat daya. Agar suatu transistor sebagai penguat dapat bekerja secara optimal, maka harus dibutuhkan titik penguat transistor dan juga harus sama dengan yang ditentukan oleh garis beban AC/DC.
Pada percobaan ini dilakukan dua pengamatan yaitu pada penentuan bias transistor dan pengamatan pada transistor common emitter. Pada pengamatan bias transistor diperoleh hasil pembacaan pada multimeter yaitu pada saat RV = 1,1 Ω diperoleh  nilai IC = 2,4 A, VCE = 1,28 V dan RC = 0,4 Ω. Pada saat RV sebesar 7,7 Ω diperoleh  nilai IC , VCE, dan RE adalah 2,7 A, 1,66 V, dan 5,0 Ω. Pada saat RV sebesar 15,9 Ω diperoleh nilai IC , VCE, dan Ri adalah 1,6 A, 1,94 V, dan  166,5 Ω
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi hambatan yang dipasang pada potensiometer, maka semakin tinggi pula arus IC yang diperoleh begitu pula VCE nya. Adapun kesalahan yang terjadi pada pengamatan bisa disebabkan kurangnya ketelitian praktikan, kesalahan pembacaan multimeter dan potensiometer.
Pengamatan selanjutnya adalah menentukan besar penguatan pada transistor. Melalui hasil pengukuran diperoleh nilai tegangan masukan (Vin) sebesar 460 mV, sedangkan nilai tegangan keluaran (Vout) sebesar 10 V dan dengan demikian diperoleh besar penguatan pada transistor sebesar 21,739 kali. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana transistor berfungsi sebagai penguat.
Berdasarkan grafik hubungan kaua arus dan tegangan dapat dilihat bahwa semakin besar arus maka tegangannya juga semakin besar, atau grafiknya linear. Namun pada hasil pengamatan yang dilakukan terjadi kesalahan data yang berkemungkinan disebabkan oleh kerusakan alat yang digunakan atau yang disebut dengan galat instrument.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.    Penguat common emitter adalah bentuk penguat tegangan, dimana pada kaki emitter di groundkan, lalu input dimasukan ke basis, dan output diambil pada kaki kolektor.
b.    Besar penguatan transistor pada rangkaian common emitter dapat ditentukan dengan nilai pada tegangan keluaran (Vout) dibagi dengan tegangan masukan (Vin).

2.    Saran
Saran yang dapat kami sampaikan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.    Untuk pihak laboratorium agar alat yang sudah rusak segera diganti.
b.    Untuk pihak asisten agar meningkatkan lagi cara membimbingnya dengan menyampaikan teori-teori yang berkaitan dengan percobaan.
c.    Untuk praktikan agar menjaga suasana laboratorium agar tetap tenang.




DAFTAR PUSTAKA
Adity, Emy. 2012. Transistor. Jurnal Transistor Vol 1. No.1. Surabaya.

Frenzel, L. 2010. Electronic Explained. Elseiver. London.

Marpaung, L.N. 2014. Analisa rancangan pengontrolan volume pada tangki air dilengkapi dengan indikator LED. Http:// 103.10.169.96/ xmlui/ bits tre am /hnadle/123456789/5456/3%20artikel.pdf. Diakses tanggal 8 Juni 2015.

Sriwidodo. 2012. Elektronika Dasar. Salemba Teknika. Jakarta.

Sutrisno. 1986. Elektronika 1. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Warsito, S. 1992. Data Sheet Book 1. PT. Elekmedia Komputindo. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar