MAKALAH
FISIKA
MODERN
“STRUKTUR
INTI DAN RADIOAKTIVITAS”
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK I &
II
MUH.
SOFYAN (A1C313040)
SURIATI
(A1C313064)
IQRAM
(A1C313104)
HARTINA
(A1C313012)
LAHUSONO
(A1C313024)
SRI
AYU NINGSIH (A1C313060)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
BAB
IX
STRUKTUR INTI DAN RADIOAKTIF
9.1.
Partikel Penyusun Inti Atom
Dari pekerjaan Rutherford, Bohr dan pengikutnya, diketahui bahwa muatan
positif atom terkurung
dalam suatu daerah yang sangat kecil di pusat atom, bahwa ini atom memiliki muatan +Ze, dan bahwa
seluruh massa atom (99,9 persen) berasal dari inti atom. Juga diketahui bahwa
massa dari inti atom hampir mendekati kelipatan bulat massa hydrogen, atom teringan; pembacaan
Secara
sekilas mendukung pengamatan ini, kita menyebut pengali bulat A ini sebagai nomor massa. Oleh karena itu, kita
menganngap bahwa inti atom hydrogen tersusun dari muatan satuan muatan positif
mendasar. Satuan medasar ini adalah proton,
dengan massa sama dengan massa atom hydrogen tanpa massa electron an energy
ikat, dan bermuatan +e. Jika suatu inti atom brat mengandung A buah proton maka ia memiliki muatan
sebesar Ae, bukannya Ze; karena A > Z untuk semua atom yang lebih berat daripada hydrogen, maka
model ini memberikan jumlah muatan positif yang lebih banyak kepada inti atom.
Kesulitan ini dapat diatasi dengan model
proton-elektron, yang mempostulatkan bahwa intia atom juga memliki (A – Z) buah electron. Berdasarkan angapan
ini, massa inti atom akan sekitar A kali massa proton (karena massa electron
dapat diabaikan) dan muatan inti atom akan sama dengan A (+e) + (A – Z)(
-e) = Ze,sesuai dengan percobaan. Tetapi, model ini menemukan beberapa
kesulitan. Pertama sebagaimana yang kita ketahuia bahwa kehaditran electron dalam
inti atom tdk taat inti atom terhadap asas ketidakpastian yang menghendaki
electron-elektron tersebut memiliki energy kinetik yang sangat tinggi.
Persoalan yang lebih serius menyangkut spin
intrinsik inti atom.
Pemecahan dilema ini datang pada tahun 1932 dengan ditemukannya neutron, sebuah partikel dengan massa
kurang lebih sama dengan massa proton (sebenarnya 0,1 persen lebih bermassa),
tetapi tidak memiliki muatan elektrik. Menurut model proton-neutron, sebuah inti atom terdiri atas Z proton dan (A – Z) neutron, yang memberikan muatan
total Ze dan massa total sekitar A, karena massa proton dan
neutron kurang lebih sama.
Karena proton dan neutron sangat
bermiripan, kecuali perbedaan muatan elektriknya, maka keduanya dikelompokkan sebagai nucleon. Beberapa sifat dari kedua nukleon
ini didaftarkan dalam tabel
9.1 berikut.
Nama
|
Muatan
|
Massa Energi
|
Spin
|
Proton
|
+e
|
938,28 MeV
|
½
|
Neutron
|
0
|
939,57 MeV
|
½
|
9.2.
Ukuran dan
Bentuk Inti
Mendefinisikan secara tepat jari-jari inti atom
sama sulitnya sperti untuk jari-jari sebuah atom. Distribusi probabilitas bagi
elektron-elekron atom tampak bagai sebuah “bola tidak jelas” bermuatan dengan
batas tidak tegas; distribusi muatannya tidak berakhir pada suatu tepi yang
jelas. Tetapi, kita dapat mengandalkan jari-jari rata-rata atau jari-jari yang
paling mungkin dari orbit elektron terluar sebagai jari-jari atom
Inti atom harus diperlakukan dengan
cara yang sama, meskipun tidak ada orbit proton atau neutron yang dapat kita
gunakan dalam maksud ini. Banyak inti atom berbentuk agak bulat (walaupun ada
beberapa yang agak lonjong atau pipih) dan ketergantungan kerapatan ini atom
pada jarak radial ke pusat dapat dinyatakan seperti yang diperlihatkan gambar
9.1. Dari beraneka ragaman percobaan, kita ketahui banyak hal yang mengesankan
dari sifat rapat inti atom. Kita membahas betapa kuatnya tarikan gaya inti
mengatasi tolakan Coulomb yang cenderung memberantakan inti atom. Kita dapat
saja memperkirakan bahwa gaya ini dapat menyebabkan proton dan neutron
berkumpul pada pusat inti atom, yang meningkatkan kerapatan inti atom pada
daerah pusat. Tetapi, Gambar 9.1 memberi kesan bahwa perkiraan tersebut tidak
benar adanya yang rapat inti atom tidak berubah (tetap). Jadi, terdapat suatu
mekanisme lain yang mencegah inti mengerut ke pusat atom .Berdasarkan gambar
9.1 dapat diketahui bahwa Jumlah neutron dan proton tiap satuan volume kurang
lebih tidak berubah di seluruh daerah inti atom:
Jadi
Dan kita dapat memperoleh kesebandingn antara jari-jari inti
atom R dan pangkat tiga nomor massa;
Atau dengan mendefinisikan tetapan banding R0.
Tetapan R0 harus ditentukan melalui percobaan, dan
salah satu percobaan khasnya adalah dengan menghamburkan partikel-partikel
bermuatan (misalnya, partikel alfa atau electron) dari inti atom guna menarik
kesimpulan mengena jari-jari inti atom dari distribusi prtikel yang terhambur.
Dari berbagai percobaan
seperti itu kita ketahui nilai R0 sekitar 1,2 x 10-5 m.
(Nilai sebenarnya, seperti dalam kasus fisika atom, bergantung pada bagaimana
kita mendefinisikan jari-jari dan nilai R0 biasanya berada dalam
rentang 1,0 x 10-15 m hingga 1,5 x 10-15 m).
Salah satu cara untuk mungukur ukuran
inti atom adalah dengan menghamburkan partikel bermuatan seperti partikel alfa
dalam percobaan hamburan Rutherford. Selama partikel alfa masih berada diluar
inti atom, rumus hamburan Rutherford tetap berlaku tetapi begitu jaraknya
hampir terdekatnya lebih kecil daripada jari-jari inti atom, maka terjadi
penyimpangan dari ruus Rutherford. Gambar 9.2 memperlihatkan hasil suatu
percobaan hamburan Rutherford yang menunjukan peyimpangan-penyimpangan seperti
itu.
Percobaan hamburan lain juga dapat
digunakan untuk mengukur jari-jari inti atom. Gambar 9.3 memperlihatkan semacam “pola difraksi” yang
diperoleh dari hamburan elektron
tinggi oleh sebuah inti atom. Untuk tiap kasus hamburan, minimum difraksi
pertama jelas terlihat. (Minimum intensitas tidak sama dengan nol karena
kerapatan inti tidak mempunyai tepi yang tegas seperti yang tergambar pada
Gambar 9.1). Untuk difraksi suatu piringan bundar berdiameter D, minimum
pertama muncul pada sudut θ = sin-1
(λ/α).
Pada energy sangat relativistic setinggi 420 MeV, panjang gelombang deBroglie
electron adalam 2,95 fm, dan pngamatan minimum sekitar 44o bagi 16O
dan 50o bagi 12C memungkinkan kita untuk menghitung
diameter inti atom, sehingga dengan demikian kita ketahui pula jari-jarinya.
9.3.
Massa Dan Energi Ikat Inti Atom
Andaikan kita mempunyai sebuah
proton dan elektron dalam keadaan diam
yang terpisah jauh. Energi total sistem
ini semata-mata diberikan oleh jumlah energi
diam kedua partikel tersebut, mpc2 + mec2.
Sekarang marilah kita dekatkan kedua partikel ini guna membentuk sebuah atom
hydrogen pada keadaan dasarnya. Dalam proses ini beberapa foton dipancarkan
dengan energi total 13,6 Ev. Jadi
energi total sistem ini adalah energi diam atom hydrogen ( mHc2
) tambah 13,6 eV.
Kekekalan energi
mengharuskan energi
sistem partikel terpisah
sama dengan energi
total atom ditambah energi
semua foton:
atau
Hal diatas berarti, energy massa gabungan system (atom hydrogen)
lebih kecil dari energi
massa partikel penyusunnya, dengan perbedaan sebesar 13,6 eV. Perbedaan energy ini
disebut energi ikat (binding energy) atom.
Energi
ikat inti atom juga dihitung dengan cara yang sama. Sebagai contoh tinjau inti
deuterium,
yang
tersusun dari 1 proton dan 1 neutron. Jadi, energi
ikat deuterium adalah
Sehingga Hubungan antara massa inti atom dan massa atom adalah:
Massa Inti atom
dari hydrogen (massa proton) adalah massa atom hydrogen (1,007825 u) dikurangi
massa satu electron. Massa inti atom Deuterium adalah massa atom deuterium
(2,014102 u) dikurangi massa satu elektron.
Dengan menyisipkan pernyartaan massa ini kedalam massa inti atom dalam
persamaan (9.2), kita peroleh pernyaan energi
ikat dalam massa atom sebagai berikut:
B = mnc2 + [m(1H) – me]c2
– [m(2H) – me]c2
=
[mn + m(1H) – m(2H)]c2
Perhatikan bahwa massa elektron
saling menghapus dalam perhitungan ini, seperti yang bakal
terjadi dalam perhitungan lainnya, karena penyusunnya akan mengandung Z atom
hydrogen (dengan Z elektron)
dan atom dengan nomor atom Z akan mengandung Z buah elektron. Oleh karena itu,
persamaan ini dapat kita perluas bagi energi
ikat total sembarang inti atom
B = [Nmn + Zm(
) – m(
)]c2………………………………………….(9.4)
9.4. GAYA INTI
Karena kita tidak dapat mempelajari
system yang sederhana ini dalam Gaya Inti, maka kita harus mengalihkan kajian
kita kepada sistem yang lebih
kompleks. Lewat beraneka ragam percobaan dengan berbagai inti atom, berhasil
dipelajari banyak hal mengenai ciri dari Gaya Inti:
1. Ia
merupakan suatu jenis gaya yang berbeda sekali dari gaya elektromagnetik,
gravitasi dan gaya lainnya yang lazim kita jumpai. Ia juga merupakan gaya
paling kuat dari semua gaya yang diketahui karena itu ia sering kali disebut
gaya kuat (Strong force).
2. Jangkauannya
sangat pendek-rentang daerah bekerjanya gaya ini terbatas hingga ukuran inti
atom (sekitar
).
Ada dua bukti utama mengenai jangkauan pendek dari gaya inti ini. Yang pertama
datangnya dari kajian kita mengenai kerapatan zat inti. Penambahan nukleon pada
inti atom tidak mengubah kerapatan ini. Ini menunjukan bahwa tiap nucleon yang
kita tambahkan hanya merasakan gaya dari tetangga terdekatnya, dan tidak dari
nukeon lainnya dalam inti atom. Bukti kedua mengenai jamgkauan pendek ini datangnya
dari energi ikat per nucleon (Gambar 9.4). Karena energi ikat per nucleon
kurang lebih tetap, maka energi
ikat inti total kurang lebih sebanding
3. Gaya
inti antara dua nucleon tidak bergantung pada jenis nucleon, apakah proton ataukah
neutron – gaya inti n-p sama seperti gaya inti n-n, yang juga sama seperti gaya inti p–p.
Bagamana mungkin sebuah neutron dengan massa diam mn
c2 memancarkan sebuah partikel dengan massa diam mc2 dan
tetap sebagai neutron, tanpa melanggar hukum
kekekalan energi?
Jawabannya diberikan
oleh asas ketidakpastian ∆E
∆t
ħ.
Kita hanya dapat mengetahui bahwa energi
adalah kekal jika kita dapat mengukurnya secara pasti tetapi menurut asas
ketidakpastian, kita dapat mengukurnya lebih teliti dari pada ketidakpastian ∆E
dalam seang waktu ∆t.
oleh karena itu, kita dapat “melanggar” hokum kekalan energi sebesar ∆E
dalam selang waktu ∆t
= ħ/∆E
yang cukup singkat. Jumlah energi
yang melanggar hukum kekealan energy dalam model gaya tukar neutron–proton ini
adalah mc2, yaitu energi diam partikel yang dipertukarkan. Dengan
demikian, partikel ini hanya dapat hadir dalam selang waktu (dalam kerangka
laboratorium) :
Jarak
terjauh yang dapat dicapai partikel ini dalam selang waktu ∆t
adalah x = c . ∆t,
karena ia tidak dapat bergerak lebih cepat dari pada laju cahaya. Oleh karena
itu, hubungan antara rentang gaya tukar dan massa partikel yang dipertukarkan
adalah :
x = c ∆t
= c
atau
=
………………………………(9.6)
Karena
telah kita ketahui bahwa jangkauan gaya inti adalah sekitar 10 -15 m,
maka kita dapat menaksir energi
diam partikel yang dipertukarkan tersebut, yaitu sekitar:
200 MeV
9.5
KESTABILAN DAN PELURUHAN INTI
Salah
satu sifat yang menakjubkan dari beberapa inti atom adalah kemampuan mereka
untuk bertansformasi sendiri secara spontan dari suatu inti dengan niali Z dan
N tertentu ke inti lainnya. Beberapa inti lainnya stabil, dalam arti mereka
tidak meluruh ke inti atom yang berbeda. Biasanya untuk nilai A terdapat satu
atau dua inti stabil. Inti lainnya dengan nilai A itu, tidaklah stabil sehingga
akan mengalami semacam proses peluruhan, hingga kestabilannya tercapai.
Gambar 9.7 memperlihatkan rajahan
semua inti atom stabil yang diketahui, jumlah neutron dan protonnya kurang
lebih sama. Tetapi cepat, sehingga tambahna neutron diperlukan untuk memasok
energy ikat tambahan. Jadi, semua inti berat memiliki N > Z. Tidak ada inti
stabil dengan A = 5 atau 8. Partikel alfa adalah suatu inti stabil (B/A = 7.04
MeV); inti atom dengan A = 5, seperti
atau
, akan segera (10-12 s)
membelah diri menjadi suatu partikel alfa dan sebuah inti atom dengan A = 8
seperti
akan segera membelah diri dengan dua partikel
alfa.
Keberadaan inti-inti stabil setelah
Z = 92 kini diteliti dengan sangan aktif. Tidak ada satupun inti jenis ini
terdapat di alam, sehingga semuanya harus diselesakan secara buatan. Unsur
buatan manusia setelah Uranium dengan Z = 93 hingga 107 semuanya bersifat
radioaktif dan meluruh ke berbagai jeni inti stabil yang dikenal. Tetapi ada
bukti teori kuat yang menuntun kita untuk memperkirakan bahwa terdapat
inti-inti yang lebih berat, dengan Z º
114, yang mungkin stabil. Inti-inti ini terdapat di alam, karena semuanya
merupakan inti atom yang lebih berat daripada 56Fe yang dihasilkan
melelui penangkapan neutron dan oleh peluruhan berantai. Karena semua inti
setelah inti setelah Uranium tidaklah stabil, maka tidak ada cara bagi reaksi
tangkapan neutron untuk menjembatani “teluk” dari Uranium ke “kepulauan stabil”
yang lebih berat berikutnya.
Inti-inti
tak stabil bertransformasi ke
inti lain melalui dua proses yang
berbeda mengubah Z dan N sebuah inti. (Berbagai keadaan eksitasi inti dapat memancarkan berbaga foton,
sinar gamma sewaktu melakukan sejumlah tansisi menuju ke tingkat dasarnya, tetapi
tidak mengubah Z dan N). Kedua proses ini disebut peluruhan alfa dan peluruhan beta. Ketiga proses ini (alfa, beta dan gamma) adalah
contoh bidang kajian peluruhan radioaktif (radioactive
delay).
9.6 Peluruhan
Radioaktif
Laju peluruhan inti radioaktif ini disebut
aktivitas (activity). Semakin besar aktivitasnya,
semakin banyak inti atom yang meluruh per detik. (Aktivitas tidak bersangkut
paut dengan jenis peluruhan atau radiasi
yang dipancarkan cuplikan, atau dengan energi radiasi yang dipancarkan.
Aktivitas hanya ditentukan oleh jumlah peluruhan per detik).
Satuan dasar untuk mengukur aktivitas adalah curie. Semula, curie didefinisikan
sebagai aktivitas dari satu gram radium; definisi ini kemudian diganti dengan
yang lebih memudahkan:
1 curie (Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan/detik
Satu
curie adalah suatu bilangan yang sangat besar, sehingga kita lebih sering
bekerja dengan satuan milicurie (mCi), yang sama dengan 10-3 Ci, dan
mikrocurie (µCi), 10-6 Ci.
Cuplikan bahan radioaktif kita tadi mengandung jumlah
atom dalam orde 10²³. Jika cuplikan ini memiliki aktivitas sebesar 1 Ci, maka
sekitar 10¹º inti atomnya akan meluruh tiap detik. Kita dapat juga mengatakan
bahwa satu inti atom sebarang memiliki probabilitas peluruhan sebesar 10-¹³
setiap detik. Besaran ini, yaitu probabilitas peluruhan per inti per detik,
disebut tetapan luruh (decay constant)
dan dinyatakan dengan λ. Kita menganggap bahwa λ adalah suatu bilangan kecil,
dan suatu tetapan-probabilitas peluruhan inti yang tidak bergantung pada usia
cuplikan bahan radioaktifnya. Aktivitas ɑ hanyalah bergantung pada jumlah inti
radioaktif N dalam cuplikan dan juga pada probabilitas peluruhan λ:
ɑ = λN (9.7)
baik
ɑ maupun N adalah fungsi dari waktu t. Ketika cuplikan meluruh, jumlah intinya
berkurang sebanyak N buah-lebih sedikit jumlah inti atom yang tertinggal. Jika
N berkurang dan λ tetap, maka ɑ harus pula menurun tehadap waktu. Jadi, jumlah
peluruhan per detik makin lama makin berkurang.
Kita dapat memandang ɑ sebagai perubahan jumlah inti
radioaktif tiap satuan waktu-semakin besar ɑ, semakin banyak inti atom yang
meluruh setiap detik.
ɑ = -
(9.8)
= -λN (9.9)
atau
= -λ dt (9.10)
Persamaan
ini dapat langsung diintegrasikan dengan hasil
Ln N = -λt + c (9.11)
c
adalah tetapan integrasi. Hasil ini dapat kita tuliskan kembali sebagai
N =
(9.12)
atau
N = N₀
(9.13)
Disini
kita telah mengganti
dengan N₀. Pada saat t = 0, N = N₀, jadi N₀ adalah jumlah inti radioaktif semula. Persamaan (9.13)
adalah hukum peluruhan radioaktif eksponensial, yang memberitahu kita bagaimana
jumlah inti radioaktif dalam suatu cuplikan meluruh terhadap waktu. Pada
kenyataannya kita tidak dapat mengukur N, tetapi kita dapat mengungkapkan
persamaan ini dalam bentuk yang lebih bermanfaat dengan mengalikan kedua belah
ruas dengan λ, yang memberikan
ɑ = ɑ0
(9.14)
ɑ0
adalah aktivitas awal.
Dengan
melakukan proses penghitungan radiasi dari peluruhan dalam satu detik secara
berulang kali, kita dapat merajah aktivitas ɑ sebagai fungsi dari waktu,
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Grafik rajahan ini memperlihatkan
ketergantungan eksponensial yang
diperkirakan berdasarkan persamaan (9.14).
Usia-paruh peluruhan,
, adalah waktu yang
diperlukan aktivitas untuk berkurang menjadi separuh, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 9.8. Jadi, ɑ =
/2 ketika t =
=
Gambar
9.8 Aktivitas suatu cuplikan radioaktif sebagai fungsi dari waktu
Dari
sini kita peroleh:
=
ln 2
=
Seringkali bermanfaat untuk merajah a sebagai fungsi dari
t dengan semilog, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Pada jenis rajahan
ini, Persamaan (9.14) berbentuk garis lurus; dengan mencocokkan suatu garis
lurus melalui data tersebut, kita dapat memperoleh nilai λ.
Gambar
9.9 Rajahan semilog aktivitas terhadap waktu
Contoh
Usia
paruh
adalah 2,70 hari, (a) Berapakah tetapan luruh
? (b) Berapakah
probabilitas sebarang inti
untuk meluruh dalam satu detik? (c) andaikan
kita mempunyai cuplikan
sebanyak 1,00 µg. Berapakah aktivitas-nya? (d)
Berapa jumlah peluruhan per detik yang terjadi apabila usia cuplikan ini satu
minggu?
Pembahasan
(a)
λ =
=
.
.
= 2,97 x
(b)
Probabilitas peluruhan per detik adalah
tetapan luruh. Jadi, probabilitas peluruhan sebarang inti
dalam satu detik adalah 2,97 x
(c)
Jumlah atom dalam cuplikan adalah:
N = 1,00 x
g .
.
= 3,04 x
atom
ɑ = λN = (2,97 x
)(3,04 x
)
= 9,03 x
peluruhan per detik
= 0,244 Ci
(d) Aktivitas meluruh menurut Persamaan (9.14):
ɑ =
= (9,03 x
peluruhan/s)
= 1,50 x
peluruhan/s
9.7 Hukum-Hukum Kekekalan dalam Peluruhan
Radioaktif
Ada
beberapa hukum tertentu yang membatasi hasil yang mungkin terjadi yang disebut
hukum kekekalan yang diyakini memberikan wawasan penting tehadap perilaku dasar
alam. Berikut beberapa hukum kekekalan yang diterapkan pada proses peluruhan.
9.7.1
Kekekalan Energi
Ini yang paling penting dari semua hukum kekekalan. Hukum ini memberi tahu kita mengenai peluruhan mana yang paling
mungkin terjadi dan pula memungkinkan kita menghitung energi diam atau kinetik
dari hasil peluruhan. Sebagai contoh, sebuah inti X hanya dapat meluruh menjadi
sebuah inti X’ yang lebih ringan. Selain itu, ia memancarkan pula satu atau
lebih partikel yang secara bersama kita sebut x, jika massa diam X lebih besar
daripada massa diam total X’ + x. Kelebihan energi massa ini kita sebut nilai Q
peluruhan:
mN(X)c² = mN(X’)c² + mN(x)c² + Q (9.1)
Q = [mN(X) – mN(X’) – mN(x)]c²
mN adalah massa diam inti (nucleus). Jelas peluruhan ini hanya dapat
terjadi jika Q bernilai positif. Kelebihan nilai Q ini muncul sebagai energi
kinetik partikel-partikel hasil peluruhan (dengan anggapan X mula-mula diam):
Q = Kx’ + Kχ (9.17)
9.7.2
Kekekalan Momentum Linear
Jika inti yang
meluruh pada awalnya diam, maka momentum total semua partikel hasil
peluruhannya haruslah nol,
Px’ + Pχ = 0 (9.18)
Biasanya, massa partikel atau
partikel-partikel x yang dipancarkan lebih kecil daripada massa inti sisa X’,
sehingga momentum pental px’ menghailkan
energi kinetik Kx’ yang lebih kecil.
9.7.3
Kekekalan Momentum Sudut
Ada dua jenis momentum sudut: momentum sudut spin s
dan momentum sudut gerak atau orbital l. Dalam kerangka diam dari inti X,
momentum sudut total sebelum peluruhan adalah sx. Setelah peluruhan, kita mempunyai seumlah spin dari
X’ dan partikel-partikel x, dan juga
sejumlah momentum sudut l = r x p dari x dan X’, yang
bergerak relatif terhadap titik dalam ruang yang semula ditempati oleh inti X.
Dengan demikian, hukum ini mensyaratkan bahwa:
sx = sx’ + sx + lx’ + lx (9.19)
spin
intrinsik s adalah sifat partikel atau inti. Elektron memiliki s = ½, dan
inti-inti atom juga memiliki spin, yang berasal dari proton dan neutron
penyusunnya. Spin intrinsik sebuah inti memilki nilai yang dapat berupa
kelipatan bulat atau setengah pecahan dari ħ, bergantung pada apakah A genap
atau ganjil. Momentum sudut l selau
terkuantisasi dalam kelipata bulat dari ħ.
9.7.4
Kekekalan Muatan Elektrik
Hukum ini
merupakan bagian mendasar dalam seluruh proses peluruhan dan reaksi. Hukum ini
mensyaratkan bahwa muatan elektrik total sebelum dan setelah peluruhan haruslah
tidak berubah atau sama besar.
9.7.5
Kekekalan Nomor Massa
Dalam beberapa proses peluruhan, kita dapat menciptakan beberapa partikel
(foton atau elektron, misalnya) yang tidak hadir sebelum terjadi peluruhan.
(Ini tentu saja dapat terjadi bila energi inti awal lebih besar daripada energi
partikel yang diciptakan-untuk
menciptakan elektron, misalnya, nilainya adalah 0,511 MeV). Tetapi, alam tidak
memperkenankan kita untuk menciptakan atau memusnahkan proton dan neutron,
meskipun dalam beberapa proses peluruhan kita dapat mengubah neutron menjadi
proton atau memusnahkan proton dan neutron. Dengan
demikian berlakulah jumlah nomor massa A tidak berubah dalam proses peluruhan
atau reaksi. Dalam beberapa proses peluruhan, A tetap tidak berubah karena
baik Z maupun N kedua-duanya berubah sedemikian rupa sehingga mempertahankan
jumlah keduanya tetap.
9.8 Peluruhan Alfa
Dalam
peluruhan alfa, sebuah inti tidak stabil meluruh menjadi dua inti ringan dan
sebuah partikel alfa (sebuah inti
), menurut reaksi:
N →
’N-2 +
2 (9.20)
X dan X’ menyatakan jenis inti yang berbeda.
Jenis peluruhan seperti ini
membebaskan energi, karena inti hasil peluruhan terikat lebih erat daripada
inti semula. Energi yang terbebaskan, yang muncul sebagai energi kinetik
partikel alfa dan inti “anak” (daughter) X’, dapat dihitung dari massa semua
inti yang terlibat menurut Persamaan (9.16), yakni:
Q = [m(X) – m (X’) – m (α)]c² (9.21)
(Seperti yang kita lakukan pada perhitungan energi
ikat, dapat diperlihatkan bahwa massa elektron saling menghapuskan dalam Persamaan
(9.21). jadi, kita dapat menggunakan saja massa atom). Karena energi yang
terbebaskan muncul sebagai energi kinetik, maka:
Q = Kx’ +
(9.22)
dengan anggapan kita telah memilih suatu kerangka
acuan dalam mana inti X diam. Momentum linear juga kekal dalam proses peluruhan
ini, seperti di perlihatkan pada Gambar 9.10, sehingga
=
(9.23)
X
|
Sebelum
peluruhan
|
Setelah
peluruhan
|
α
|
|
X’
|
|
Gambar 9.10 Peluruhan alfa sebuah inti X menghasilkan sebuah inti X’ dan
sebuah partikel alfa
Dari Persamaan (9.22) dan (9.23) kita eliminasikan
dan
’, karena biasanya kita tidak mengamati inti anak dalam laboratorium
(sebuah partikel alfa dapat bergerak dalam suatu bahan relatif lebih jauh
daripada suatu inti berat). Karena energi khas peluruhan partikel alfa adalah
beberapa MeV, maka energi kinetik alfa dan inti anak kecil sekali dibandingkan
terhadap energi diam masing-masingnya. Jadi, kita dapat menggunakan mekanika
tak relativistik untuk menghitung energi kinetik partikel alfa yang memberikan
hasil:
=
Q
(9.24)
Contoh:
Hitunglah energi kinetik partikel alfa yang dipancarkan dalam peluruhan
alfa dari
.
Penyelesaian:
Dari daftar isotop pada lampiran B kita dapati bahwa proses
peluruhannya adalah:
138 →
136 + α
Q = [m(
) – m(
) – m(α)]c²
= [226,025406 u – 222,017574 u – 4,002603 u] 931,5
MeV/u
= 4,871 MeV
=
Q = (
) 4,871 MeV
= 4,785 MeV
Peluruhan alfa merupakan salah satu contoh dari
efek terobos halang. (Bayangkan neutron dan proton berenang didalam inti, kadang-kadang
berpadu dan bercerai kembali). Partikel alfa terikat dalam inti atom oleh gaya
inti. Begitu ia bergerak melewati jari-jari inti R, ia merasakan tolakan
Coulomb dari inti anak. Energi potensial dalam situasi itu dapat dinyatakan
seperti pada Gambar 2.4. Tinggi potensial halang dalam inti berat adalah 30
hingga 40 MeV. Khasnya, partikel alfa memiliki energi 4 hingga 8 MeV. Jadi,
tidaklah mungkin bagi partikel alfa untuk melewati penghalang inti;
satu-satunya cara partikel alfa dapat muncul keluar adalah dengan “menerowong”
penghalang.
Probabilitas per satuan waktu λ bagi partikel
alfa untuk muncul di laboratorium adalah probabilitas menerobos potensial
halang dikalikan dengan banyaknya partikel alfa menumbuk penghalang per detik
dalam usahanya untuk keluar. Jika partikel alfa bergerak dengan laju v di dalam
sebuah inti berjari-jari R, maka selang waktu yang diperlukannya untuk menumbuk
penghalang bolak-balik di dalam inti adalah 2R/v. Dalam inti berat R~6 fm,
partikel α menumbuk “dinding” inti sebanyak 10²² kali per detik.
Gambar 9.11 Peristiwa terobos halang oleh
partikel alfa
Probabilitas penerobosan potensial penghalang
oleh sebuah partikel dapat dihitung dengan memecahkan persamaan Schrodinger
yang diperlihatkan pada Gambar 9.11. Salah satu cara untuk menafsirkan data
peluruhan alfa ini adalah dengan merajah, pada skala log, data probabilitas
peluruhan terhadap energi partikel alfa. (Tetapan luruh λ bergantung pada Z,
tetapi ketergantungan ini tidaklah
terlalu menonjol dibandingkan terhadap
ketergantungannya pada energi kinetik, karena Z berubah dengan suatu jumlah
yang relatif kecil terhadap rentang inti berat yang mengalami peluruhan alfa).
Rajahan yang diperoleh diperlihatkan pada Gambar 9.12.
Probabilitas P untuk menerobos potensial penghalang
setinggi V₀ berbanding lurus dengan e
yaitu P
, dengan L adalah jarak terobos, dan k =
Gambar 9.12 Ketergantungan usia-paruh peluruhan
alfa pada energi kinetik partikel alfa. Nilai-nilai yang ditandai adalah bagi
beberapa isotop torium (Th)
9.9
Peluruhan Beta
Dalam peluruhan beta, sebuah
neutron berubah menjadi sebuah proton (atau sebuah proton menjadi sebuah
neutron). Jadi Z dan N masing-masing berubah sebanyak satu satuan, tetapi A
tidak berubah. Pada peluruhan beta paling utama, sebuah neutron berubah menjadi
sebuah proton dan sebuah elektron: n → p + e. Ketika proses peluruhan ini
pertama kali dipelajari, partikel yang dipancarkan disebut partikel beta;
kemudian baru diperlihatkan bahwa partikel itu adalah elektron.
Elektron yang dipancarkan dalam
peluruhan beta bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron yang semula
berada didalam inti atom, karena asas ketidakpastian melarang elektron hadir di
dalam inti atom. Elektron itu “diciptakan” oleh inti atom dari energi yang ada.
Jika beda energi diam antara kedua
inti atom sekurang-kurangnya
c², maka hal tersebut memang mungkin terjadi.
Sejumlah percobaan pertama
peluruhan beta mengungkapkan dua kesulitan. Spin intrinsik proton, neutron, dan
elektron semuanya ½. Setelah neutron meluruh, spin proton dan neutron dapat
sejajar ( spin total = l) atau berlawanan (spin total = 0), tetapi tidak satu
pun dari kedua kasus ini memberikan spin total ½, spin neutron semula. Oleh
karena itu, proses peluruhan ini tampaknya seperti melanggar hukum kekekalan
momentum sudut. Dan persoalan yang paling serius adalah yang berkaitan dengan
pengukuran energi elektron yang dipancarkan-spektrum energi elektron kontinu,
dari nol hingga suatu nilai maksimum
, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.6. Sebagai contoh dalam peluruhan
neutron, nilai Q adalah
Q = (
-
-
)c²
Gambar 9.13 Spektrum elektron yang dipancarkan
dalam peluruhan beta
Dalam menghitung nilai Q bagi
peluruhan beta, kita harus berhati-hati, karena massa elektron tidak saling menghapuskan seperti yang
kita lakukan dalam perhitungan terdahulu dengan menggunakan massa atom. Ini
disebabkan karena inti awal dan akhir memiliki nilai Z yang berbeda, dan karena
itu memiliki jumlah elektron yang berbeda. Bagi peluruhan beta, kita dapat
mengelompokkan
dan
secara bersamaan untuk memberikan
massa atom m’(
), sehingga
Q = [
- m(
)]c²
Yang memberikan nilai 0,782 MeV.
Kecuali koreksi energi yang sangat kecil dari energi
pental proton, semua energi ini muncul sebagai energi kinetik elektron, dan
semua elektron yang dipancarkan harus memiliki energi ini saja. Tetapi, dari
percobaan didapati bahwa semua elektron yang dipancarkan memiliki energi yang
lebih kecil daripada energi ini. Persoalan “kehilangan” energi ini dicoba
dipecahkan oleh para fisikawan eksperimen dengan kejelian dan ketelitian
tinggi sebelum tahun 1930, namun
semuanya berhasil nihil.
Pemecahan terhadap proses yang tampak melanggar
hukum kekekalan momentum sudut dan energi ini ditemukan Wolfgang Pauli pada
tahun 1930. Ia mengusulkan bahwa terdapat pula partikel ketiga yang dipancarkan dalam peluruhan beta. Karena muatan
elektrik telah dikekalkan oleh muatan proton dan elektron, maka partikel baru
ini tidak memiliki muatan elektrik. Jika ia memiliki spin ½, maka ia akan
mengekalkan momentum sudut, karena kita dapat menggabungkan spin ketiga partikel
hasil peluruhan untuk memberi nilai ½. “Kehilangan” energi itu tidak lain
adalah energi yang diambil partikel ini, dan kenyataan pengamatan bahwa rentang
spektrum energi menjangkau hingga nilai Q = [
- m(
)]c² menyarankan bahwa partikel ini memiliki massa diam nol, seperti
foton. (Partiekl ini tidak mungkin sebuah foton, karena foton memiliki spin 1).
Partikel baru ini disebut neutrino (yang dalam bahasa Italia berarti “neutral kecil”) dan
diberi lambang ν. Pada kenyataannya, yang dipancarkan dalam peluruhan beta
adalah antineutrino. Dengan demikian proses peluruhan beta secara lengkap
adalah
n → p +
+ ῡ
Karena massa diam antineutrino adalah nol, maka
nilai Q yang kita hitung diatas benar. Energi ini muncul sebagai energi kinetik
elektron, energi antineutrino, dan energi pental proton (yang adalah kecil
sekali). Perhatikan bahwa energi kinetik elektron tidaklah kecil dibandingkan terhadap energi diamnya, karena itu
kita harus menggunakan energi dan momentum relativistik ketika membahas
peluruhan beta.
Peluruhan beta dapat pula terjadi dalam sebuah inti
atom. Sebauh inti atom dengan Z proton dan N neutron meluruh ke inti atom lain
dengan Z + 1 proton dan N – 1 neutron:
N →
N-1 +
+ ῡ (9.31)
Nilai Q bagi peluruhan ini adalah
Q = [m(
) – m(
)]c² (9.32)
Energi yang dilepaskan dalam peluruhan ini (nila Q)
muncul sebagai energi antineutrino, energi kinetik elektron, dan sejumlah kecil
energi kinetik pental inti X (biasanya dapat diabaikan). Elektron memiliki
energi kinetik maksimumnya apabila energi antineutrino hampir nol. Gambar 9.14
memperlihatkan distribusi energi elektron-elektron yang dipancarkan dalam suatu
peluruhan beta negatif yang khas.
Proses peluruhan beta yang lainnya adalah
p → n +
+ ν (9.33)
pada proses ini dipancarkan sebuah elektron
positif atau positron. Positron
adalah antipartikel elektron; ia memiliki massa yang sama dengan massa
elektron, tetapi bermuatan elektrik yang berlawanan. Peluruhan inimemiliki
nilai Q yang negatif, sehingga tidak pernah teramati terjadi di alam bagi
proton bebas. (Ini memang menguntungkan jika proton bebas tidak stabil terhadap
peluruhan beta, mka atom hidrogen yang stabil, yaitu zat dasar alam semesta,
tidak akan ada!). Hanya proton dalam inti atomlah yang dapat mengalami proses
peluruhan ini:
N →
N+1 +
+ ν (9.34)
Nilai Q untuk proses ini adalah
Q = [m(
) – m(
) - 2
]c² (9.35)
Pada perhitungan ini mana diperguanakan satuan massa atom.
Salah satu proses peluruhan inti yang menyaingi
pemancaran positron adalah tangkapan elektron (electron capture); proses dasar tangkapan elektron adalah:
p +
→ n + ν (9.36)
Gambar 9.14 Spektrum positron yang dipancarkan dalam
peluruhan beta positif.
Disini sebuah proton menangkap sebuah elektron dari orbitnya dan beralih
menjadi sebuah neutron ditambah sebuah neutrino. Elektron yang diperlukan bagi
proses ini adalah elektron pada orbit terdalam sebuah atom, dan proses
penangkapan ini kita cirikan dengan kulit asal elektronnya: tangkapan kulit-K,
tangkapan kulit-L, dan seterusnya. (Tentu saja, orbit elektron yang dekat, atau
bahkan menembus, inti atom memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk
ditangkap). Tangkapan elektron tidak terjadi bagi proton bebas, tetapi dalam
inti atom prosesnya adalah:
N +
→
N+1 + ν (9.37)
Nilai Q bagi proses ini, dengan menggunakan massa atom, adalah:
Q = [m(
) – m(
)]c²
Contoh
9.9
Inti
meluruh ke inti
dengan memancarkan beta negatif.
Berapakah energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan?
Penyelesaian
Bentuk peluruhan ini adalah yang diberika oleh Persamaan (9.31):
₁3 →
₁2 +
+ ῡ
Sedangkan nilai Q-nya dihitung dari Persamaan (9.32), dengan menggunakan
massa atom:
Q = [m(
) – m(
)]c²
= (22,994466 u – 22, 989770 u)
931,5 MeV/u
= 4,374 MeV
9.10 Peluruhan Gamma
Menyusul
peluruhan alfa atau beta, inti
akhir dapat berada
pada suatu keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan
mencapai keadaan dasar setelah memancarkan satu atau lebih foton, yang di kenal
sebagai sinar gamma inti. Energi tiap
foton adalah beda energi antara kedaan awal dan akhir inti, di kurangi pula dengan
sejumlah kecil bagi energi
pental inti. Energi-energi ini
khasnya berada dalam rentang 10 keV hingga beberapa MeV. Inti dapat pula di
eksitasikan dari keadaan dasar ke suatu keadaan eksitasi dengan menyerap foton
dengan energi yang tepat, dalam serupa dengan penyerapan resonans oleh keadaan
atom.
Gambar 9.15
Beberapa sinar gamma yang
di pancarkan menyusul peluruhan beta.
Pada gambar 9.15
memperlihatkan bahwa adanya suatu diagram tingkat energi yang khas dari
eksitasi inti dan
beberapa transisi sinar gamma yang di pancarkan. Usia–paruh khas bagi tingkat
eksitasi inti adalah 10-9 hingga
10-12 s; nilai pasti usia-paruh ini (dan aturan seleksi yang
memperkenankan dan melarang terjadinya suatu transisi) bergantung pada tinjauan terinci
lanjut yang berada di luar tingkatan buku ini. Ada kalanya perhitungan terinci
ini menghasilkan
usia-paruh yang sangat lama dalam beberapa jam atau bahkan hari. Keadaan inti
yang bersifat seperti ini di kenal sebagai keadaan
isomerik atau
isomer.
Energi
sinar gamma dapat di ukur dengan ketelitian tinggi, yang memberikan suatu cara
ampuh bagi kita untuk menyimpulkan energi berbagai
keadaan eksitasi inti.
Dalam
menghitung enrgi partikel alfa dan beta yang di pancarkan dlam peluruhan radioaktif,
kita telah menganggap bahwa tidak ada sinar gamma yang di pancarkan. Jika ada
sinar gamma yang di pancarkan, maka energi yang tersedia (nilai Q) harus di
bagi bersama antara partikel dan sinar gamma.
CONTOH
9.10
Inti 12N
meluruh beta kesuatu keadaan eksitasi dari 12C, yang sesudah itu
meluruh ke keadaan dasarnya dengan memancarkan sinar gamma 4,43 MeV. Berapakah
energi kinetik maksimum partikel beta yang di pancarkan ?
Penyelesaian
Untuk menentukan nilai
Q bagi peluruhan ini, pertama–tama kita perlu mencari massa inti 12C
yang di hasilkan dalam keadaan
eksitasinya. Pada keadaan dasar,12C memiliki massa 12.000000 u, sehingga massanya dalam
keadaan eksitasi adalah
12,000000 u +
=
12,004756 u
Oleh karena itu nilai
Q–nya adalah
Q = (12,018613 u – 12,004756 – 2 x 0.000549 u ) 931,5 MeV/u
= 11,89 MeV
(perhatikan bahwa nilai
Q ini dapat pula kita temukan secara mudah dengan pertama-tama menghitung nilai
Q bagi peluruahan ke keadan dasar. 16,32
MeV dan kemudian
mengurangkan energi
eksitasi 4,43 MeV darinya, karena
peluruhan ke keadaan eksitasi memiliki energi sebanyak energi pertama di kurangi energi kedua).
Dengan mengabaikan koreksi kecil energi
kinetik pental dari inti 12C, energi kinetik maksimum elektron kita
dapati sebesar 11,89 MeV.
9.11 Radioaktivitas
Alam
Semua unsur setelah
unsur paling ringan (hidrogen dan helium) di ciptakan melalui reaksi inti pada
bagian bintang. Reaksi
ini tidak hanya menghasilkan unsur-unsur stabil, tetapi juga yang bersifat
radioaktif. Sebagian radioaktif memiliki
usia–paruh dalam orde hari atau tahun, yang jauh lebih kecil daripada
usia bumi (sekitar 4,5 x109 tahun). Oleh karena itu, unsur–unsur
yang mungkin tercipta saat bumi
terbentuk telah meluruh ke unsur unsur stabil. Tetapi, beberapa unsur radioaktif
yang diciptakan dahulu kala memiliki usia paruh yang berode sama usia
bumi, sehingga sekarang masih tetapada dan masih di amati mengalami peluruhan
radioaktif alam (natural radioactivity)
yang hingga kini masih
teramati.
Proses radioaktif mengubah nomor
massa A sebuah inti atom sebanyak
empat satuan (peluruhan alfa) atau sama sekali tidak mengubah A (peluruhan beta atau gamma). Suatu
proses peluruhan radioaktif dapat merupakan bagian dari suatu urutan atau
deretan peluruhan jika suatu unsur radioaktif
dengan nomor massa A meluruh kesuatu unsur radioaktif lain
dengan nomor massa A atau A – 4. Deretan proses seperti ini akan terus
berlangsung hingga tercapai unsur stabil.
Gambar 9.16 Contoh suatu rantai peluruhan radioaktif
khayal.
Pada
gambar diatas di lukiskan bahwa suatu deretan proses peluruhan khayal. Karena peluruhan gamma
tidak mengubah z atau A, maka tidak
di perlihatkan dalam gambar, tetapi,
sebagian besar peluruhan alfa dan beta di susuli dengan pemancaran sinar gamma.
Nilai nilai A dari anggota rantai
peluruhan seperti itu berbeda
sebesar faktor kelipatan 4 (termasuk nol sebagai suatu kelipatan yang mungkin).
Dengan demikian kita memperkirakan
ada 4 rantai peluruhan yang mungkin, dengan masing-masing nilai A-nya dapat dinyatakan sebagai 4n, 4n +
1,4n + 2, dan 4n + 3, dengan n sebuah bilangan bulat . Salah satu dari empat
deret radioaktif alam ini di lukiskan pada gambar 9.17. Tiap deret di mulai dengan
suatu anggota berusia panjang yang kemudian meluruh melalui sejumlah peluruhan
alfa dan beta, yang memiliki usia paruh yang sangat singkat dan pada akhirnya
berakhir dengan suatu isotop stabil.
Gambar 9.17
Rantai peluruhan 235 U
Pada
gambar di atas ada tiga deret yang di
mulai dengan isotop-isotop
yang memiliki usia-paruh kurang lebih sama dengan usia bumi, sehingga masih
teramati sekarang. Deret neptunium (4n
+ 1) di mulai dengan 237Np yang memiliki memiliki usia hidup
‘’hanya‘’ 2,1 x 106 tahun, jauh lebih kecil di bandingkan terhadap
usia bumi yang 4,5 x 109 tahun. Jadi, semua Np semula ada telah lama
habis meluruh ke 209 Bi.
CONTOH
9.11
Hitunglah nilai Q bagi rantai peluruhan 238
U 206pb, dan carilah laju energi yang di hasilkan per gram uranium.
Penyelesaian
Ingat
bahwa bagi peluruhan β-, massa elektron bergabung dengan massa inti
dalam peluruhan nilai Q; oleh karenanya dapat menngunakan massa atom. Jadi,
untuk seluruh massa peluruhan :
Q = [m( 238 U) – m ( 206 pb) – 8 m( 4He)]
c2
Dalam
satuan masa atom
Q = [238,050786 u – 205,974455 u – 8 x 4,002603 u] 931,5 MeV/u
= 51,7 MeV
Satu
gram 238 U adalah 1/238 mol, jadi mengandung 1/238 x 6 x 1023
atom. Usia-paruh peluruhan
adalah 4,5 x 109 tahun, jadi λ, probabilitas peluruhan per atom
adalah
λ
=
x
=
4,9 x 1018 s-1
Jadi, secara rata-rata, jumlah peluruhan 238
U adalah
{ 1/238 x 6 x1023
atom } x 4,9 x 1018
=
12.000 peluruhan / s
Tiap
peluruhan membebaskan 5,7 MeV.Jadi, laju
pembebasan energi adalah
= 1,0 x 10-7 W
Ini
mungkin tampak seperti laju pelepasan energi yang sangat kecil. Tetapi, jika energi ini
muncul sebagai energi panas dan tidak ada yang hilang (dissipation)
lewat beberapa cara (radiasi) atau konduksi ke bahan lain misalnya), maka tiap
tahun tiap gram cuplikan 238U akan mengalami kenaikan suhu 25ºC dan
akan melebur serta menguap dalam orde satu abad! Perhitungan ini menyarankan bahwa panas
sebagian dalam planet mungkin di
sebabkan oleh proses radioaktif alam.
Jika
secuplik batuan uranium
kita selidiki secara kimia, maka kita dapat menemukan nisbah jumlah atom 238U
terhadap 206Pb.
Jika kita semua menganggap 206Pb
di hasilkan oleh peluruhan uranium dan bahwa tidak ada satu pun yang telah ada
ketika batuan mulai berbentuk (suatu anggapan yang perlu diuji secara seksama,
baik secara
teori maupun eksprimen), maka nisbah ini
dapat di gunakan untuk menghitung usia cuplikan batuan
tadi, seperti di perlihatkan dalam contoh berikut.
Contoh 9.12
Tiga
buah cuplikan batuan berbeda berturut turut memiiki nisbah jumlah atom 238U terhadap 206Pb sebagai berikut :
0,5; 1,0 ; dan 2,0. Hitunglah usia masing-masing
batuan ini.
Penyelesaian
Karena
semua anggota deret uranium lainya memiliki usia-paruh yang sangat sinkat di
bandingkan terhadap usia paruh 238U (4,5 x 10 9 tahun),
kita abaikan keikutsertaan peluruhan ini dan hanya meninjau peluruhan 238U. Misalkan NO
adalah jumlah awal atom 238U, sehingga Noe-λt sama dengan jumlah atom
yang masih ada saat ini,dan NO-NOe-λt adalah
jumlah atom yang telah meluruh dan kini teramati sebagai 206Pb. Jadi, nisbah R
dari 238U terhadap 206Pb
adalah
Pecahan bagi t, maka
kita dapati :
t =
ln
(
+
1 )
Dengan mengingat bahwa
λ = 0,693/t1/2, kita menuliskanya sebagai
t =
ln
(
+
1 )
maka nilai t bagi masing-masing nilai R adalah
R = 0,5 t
= 7,1 x 109 tahun
R = 1,0 t
= 4,5 x 109 tahun
R = 2,0 t
= 2,6 x 109 tahun
Batuan
tertua di bumi, yang di taksir usianya dengan cara ini dan dengan cara lainya,
berusia sekitar = 4,5 x 109 tahun. Usia batuan pertama yang di
analisis di atas, 7,1 x 109 tahun, menyarankan bahwa batuan
tersebut mungkin berasal dari angkasa luar atau anggapan bahwa kita mengenai
jumlah atom 206Pb
tidaklah benar. Usia batuan ke tiga memberi kesan bahwa ia memadat 2,6 x 109
tahun yang lalu, sebelumnya
ia mencair dan hasil peluruhan 206Pb
mungkin telah ‘’habis mendidih’’dari 238U.
Ada
sejumlah isotop radioaktif alam lain tidak termasuk dalam rantai peluruhan unsur
unsur berat. Daftar sebagiannya
di berikan dalam Tabel
9.4; beberapa diantaranya dapat di
gunakan bagi penentuan usia secara radioaktif.
Tabel
9.4 Beberapa Isotop Radioaktif Alam
Isotop
|
40 K 1,28
x 10 9 th
87Rb 4,8 x 10 10 th
92Nb 3,2 x 10 7 th
113 Cd 9 x 10 15 th
115ln 5,1 x 10 14 th
138La 1,1 x 10 11 th
176 Lu 3,6 x 10 10 th
187Re 4 x 10 10 th
|
Beberapa unsur radioaktif lain di hasilkan
secara kontinu dalam
atmosfer bumi sebagai
hasil reaksi antara molekul udara dengan partikel berenergi tinggi yang di
kenal sebagai ‘’sinar kosmik’’, yang paling di kenal dan bermanfaat dari
semuanya ini adalah 14C, yang mengalami peluruhan beta dengan usia
paruh 5730 tahun. Apabila suatu tumbuhan menyerap CO2 dari atmosfer, maka
bagian kecil atom karbonya (sekitar 1 dalam 1012) adalah 14 C,
dan sisanya 12C yang stabil (99 persen) dan 13C (1
persen). Apabila tumbuhan tadi mati, ia berhenti memproses 14C, dan 14C
meluruh. Jika menganggap komposisi atmosfer bumi dan fluks sinar kosmik
tidak berubah banyak dalam bebrapa ribu tahun terakhir, kita dapat menghitung
usia contoh bahan organik dangan membandingkan nisbah 14C/12C
mereka terhadap yang dimiliki tumbuh tumbuhan hidup. Contoh berikut memperlihatkan
bagaimana teknik penentuan usia lewat radio karbon ini di gunakan.
CONTOH 9.13
(a) Suatu cuplikan gas
karbon dioksida dari atmosfer mngisi sebuah bejana bervolume 200,0 cm3
hingga mencapai tekanan 2,00 x 104 Pa (1 Pa = 1 N/m2,
sekitar 10-5 atm) pada suhu 295 K. Dengan menganggap bahwa semua
peluruhan beta dari isotop 14C dihitung, berapa banyakkah peluruhan
yang terjadi dalam seminggu?
(b) Sebuah cuplikan kayu tua
dibakar, dan karbon dioksida yang dihasilkannya ditempatkan dalam bejana yang
sama pada tekanan dan suhu yang sama. Setelah satu minggu, dihitung bahwa terjadi
1420 peluruhan. Berapakah usia cuplikan tersebut?
Penyelesaian
(a)
Pertama tama kita
hitung dahulu jumlah mol yang terdapat bejana, dengan menggunakan hukum gas
ideal :
N =
= 1.63 X 103
mol
Karena tiap mol CO2
mengandung 6,02 x 1023
molekul, maka jumlah molekul N adalah
N = ( 6,02 x 1023 molekul/mol)(1,63
x 10-3 mol)
=
9,82 X 1020 molekul
Tiap molekul karbon
memiliki satu atom karbon, jadi N adalah jumlah atom karbon dalam cuplikan.
Jika fraksi atom 14C yang terdapat dalam bejana. Oleh karena itu,
aktivitasnyan adalah
=
3,76 x 10-3 peluruhan /s
Jadi, jumlah peluruhan dalam seminggu adalah 2,280.
(b) Cuplikan
identik yang hanya memberikan 1420 peluruhan haruslah cukup tua agar masih
tertinggal 1420/2280 dari
aktivitas awalnya.
=
e-λt
t =
ln
=
ln
=
3920 th
2.7. Efek Mӧsbauer
Transisi
khas atom
memiliki usia hidup sekitar 1018 s dan energi sekitar beberapa
elektron-Volt (bagi cahaya tampak).
Apabila sebuah atom memancarkan foton berenergi Eϒ dan momentum pϒ, maka atomnya harus
terpental harus terpenuhi kekekalan momentum. Jika atomnya mula mula kita
anggap diam, maka momentum pentalnya pR sama
dengan momentum foton (tetapi
berlawanan arah) dan
energi kinetik pentalnya adalah K = PR2//2M, di mana M adalah massa
atom. (Kita anggap K<<Mc2, sehingga kinematika tak relativistik dapat digunakan).
Karena pR = Pϒ = Eϒ/C, maka
K
=
Dengan Eϒ – 1 eV dan Mc2 –
1000 MeV X A, maka bagi atom teringan pun orde k
adalah 1010 eV.
Jadi jika energi yang tersedia dari transisi atom adalah dengan melakuakan
percobaan resonans. Dalam percobaan ini, radiasi dari
sehimpunan atom dalam
keadaan eksitasi di jatuhkan pada sehimpunan atom identik yang berada pada
keadaan dasar akan menyerap foton datang tadi dan meloncat ketingkat eksitasi
yang sesuai. Tetapi seperti yang kita lihat, energi
yang di pancarkan menurun dari energi peralihan karena energi K terpental; lagi pula menurun dari energi
foton sebanyak 2 K yang diperlukan agar terjadi resonans, mengingat atom yang
yang menyerap foton harus pula terpental. Walaupun demikian percobaan serap ini
masih mungkin terjadi, karena
keadan eksistasi tidak memiliki energi
yang ‘’pasti’’ suatu keadaan dengan usia rata-rata
T (T =λ). Pada soal 21 memiliki
ketidakpastian energi ΔE T-ħ. Artinya jika usia rata-rata hidup eksistasi
adalah T, maka selama waktu itu kita tidak dapat menentukan energinya dengan
ketelitian lebih kecil dari ΔE. Untuk keadaan khas atom, T-108
s, jadi ΔE 10-7 Ev. Karena K yang berode 10-7 eV
jauh lebih kecil dari pada ΔE, maka ‘’pergeseran’’yang disebabkan okeh efek
pental ini tidaklah
besar, akibatnya lebar
keadaan pancar dan
serap untuk atom cukup dekat bertumpang tindih sehingga memungkinkan terjadi proses
penyerapan foton, Gambar 9.18 melukiskan kasus ini,
Gambar 9.18
Contoh energi pancar dan serap dalam sistem atom.
Situasi
ini berada bagi sinar gamma inti. Usia–hidup khasnya adalah 1010
s, jadi orde lebar ketakpastian adalah ΔE – 10-5 Ev. E nergi foton
khasnya 100 keV = 10 5 Ev, jadi k berode 1 Ev. Situasi ini di
gambarkan pada Gambar 9.19.
GAMBAR
9.19 Contoh
energi pancar dan serap dalam sistem inti atom
Karena
k jauh lebih besar ΔE, maka anda segera dapat melihat bahwa tidak mungkin
terjadi tumpang tindih antara lebar keadaan pancar dan keadaan serap.
Pada
tahun 1958, Rudolf
Mӧssbauer menemukan
suatu peristiwa fisika penting yang kemudian membuahkan hadih nobel fisika
baginya pada tahun 1961. Ketika itu ia sedang melakukan percobaan penyerapan
resonans dengan menggunakan sinar γ 129-keV dari 191Ir. Didapatinya bahwa semua
efek pental dapat di padamkan dengan menempatkan radioaktif dalam kristal.
Karena energi ikat kristal besar sekali di bandingkan terhadap K, maka masing-masing atom terikat
erat pada
kedudukannya pada kisi kristal
sehinga tidak bebas jika terjadi pentalan, maka seluruh kristallah
yang terpental. Efek inilah yang menghadirkan massa M dalam
persamaan 9.39, bukan massa sebuah atom. Tetapi karena massa kristal secara
keseluruhan adalah sekitar 1020
kali lebih besar daripada
massa suatu atom, maka energi pentalnya
kecil sekali. (Sebagai analoginya
bayangkan perbedaan antara memukul sebuh
batu dan memukul sebuah dinding batu dengan sebuah pemukul bola kasti !), Jadi,
sekali lagi karena energi kinetik pental
di buat kecil, maka terjadi penyerapan resonans (Gambar 9.20)
V’ = v
( 1 +
) (
9.40 )
Disini kita telah mengabaikan
suku
karena v <<c. Karena energi foton E sama dengan hv, kita peroleh
E’
= E v ( 1 +
) ( 9.41 )
GAMBAR 9.20
Energi
pancar dan serap bagi inti atom dalam sebuah kisi kristal.
Jika
mengambil lebar ΔE sebagai contoh taksiran mengenai seberapa jauh kita ingin menggeser-Doplerkan
energi foton, maka
E
= E +E +
( 9.42 )
Dan
memecahkanya bagi v di peroleh
E
= C +
(
9.43)
Karena
kita telah menaksirkan ΔE – 10-5 ev ( lebar keadaan dan E- 100 keV
(energi foton), maka v = ( 3 x 108 m/s ) +
= 3 cm/s
Kelajuan
serendah ini dapat dicapai dengan mudah dan tepat dalam laboratorium.
Gambar
9.21 memperlihatkan diagram peralatan untuk mengukur efek Mӧssbauer. Penyerapan
resonans diamati dengan mencari pada keadaan terjadi penurunan jumlah sinar
gamma yang di transmisikan melalui sebuah bahan penyerap.
Pada keadaan resonans lebih
banyak sinar gamma yang diserap sehingga intesitas yang di teruskan menjadi
berkurang. Gambar 9.22 memperlihatkan beberapa hasil percobaan yang di peroleh.
Efek Mӧssbauer
merupakan suatu metode yang sangat teliti untuk mengukur perubahan kecil dalam
energi foton. Dengannya pemisahan Zeeman
dari berbagai keadaan inti (bukan atom) dapat di amati.
GAMBAR 9.21
Peralatan
efek Mossbauer, sumber sinar gamma di gerak
gerakan agar menggeser doplerkan energi foton. Intensitas radiasi yang di
ternsmisikan melalui sebuah penyerap di ukur sebagai fungsi dari laju sumber.
GAMBAR 9.22 Beberapa hasil khas percobaan efek mossbauer.
Kelajuan 2cm/s saja telah cukup menggeser–Doplerkan sinar gamma sehingga
memadamkan resonans energi serap dan pancar.
Bila
sebuah inti atom di tempatkan dalam suatu medan magnet, efek Zeeman menyebabkan m keadaan
energi inti atom mengalami
pemisahan seperti pada atom.
Tetapi momen magnet inti sekitar 2000 kali lebih kecil daripada momen magnet
atom, sehingga pemisahan energi yang terjadi adalah sekitar 106 eV. Untuk dapat mengamati
efek tersebut secara langsung kita harus dapat mengukur energi foton hingga
ketelitian 1 per 10-11
(sebuah foton dengan energi
105 eV tergeserkan sejauh 10-6 eV). Dengan menggunakan
efek Mӧsbauer hal ini tidak
terlalu sulit untuk dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Gautreau, Ronald dan William Savin. 1999. Teori dan Soal-Soal Fisika
Modern. Jakarta : Erlangga.
Kranee,
Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta
: Erlangga