BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2007tentang
Standar Penilaian Pendidikan, Sub bab Pengertian point 10 dinyatakan bahwa
“kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketutasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan
untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
nilai ambang batas kompetensi”. Lebih lanjut tentang penentuan besaran KKM oleh
satuan pendidikan harus memperhatikan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan
pendidik (Wahidmurni, 2010).
Dalam pelajaran
dasar-dasar evaluasi pendidikan itu mencakup salah satu tentang kedudukan siswa
dalam kelompok. Maksud kedudukan siswa dalam kelompok adalah letak seseorang
siswa di dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking,
untuk dapat di ketahui ranking dari siswa-siswa di suatu kelas maka harus di
adakan pengurutan nilai siswa-siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke
nilai yang paling bawah. Dengan mengurutkan nilai-nilai maka dengan mudah dapat
ditentukan nomor yang menunjukkan siswa dalam tingkatannya.
Berdasarkan
latar belakang diatas untuk mengetahui tentang pengertian KKM, ketuntasan belajar siswa,
ketuntasan belajar individu dan klasikal, kedudukan siswa dalam kelompok dan
cara-cara menetukan kedudukan siswa dalam kelompok, maka dibuatlah makalah ini
yang membahas itu semua.
1.2. Rumusa Masalah
Rumusan masalah yang terdapat pada
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan KKM?
2. Apakah yang dimaksud ketuntasan belajar siswa?
3. Bagaimana ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal?
4. Apa yang dimaksud dengan kedudukan siswa dalam kelompok?
5. Bagaimana cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok?
1.3. Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan KKM.
2. Untuk
mengetahui yang dimaksud ketuntasan belajar siswa.
3. Untuk
mengetahui ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal.
4. Untuk
mengetahui pengertian kedudukan siswa
dalam kelompok.
5. Untuk cara-cara menentukan kedudukan siswa dalam
kelompok.
1.4. Manfaat
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan KKM.
2. Untuk
mengetahui yang dimaksud ketuntasan belajar siswa.
3. Untuk
mengetahui ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal.
4. Untuk
mengetahui pengertian kedudukan siswa
dalam kelompok.
5. Untuk cara-cara menentukan kedudukan siswa dalam
kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian KKM
KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran
oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan
pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang
hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi
pertimbangan utama penetapan KKM.
2.2. Ketuntasan Belajar Siswa
Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf
penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap
satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu
ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan
pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa.
(Sularyo 2004:6). Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah
sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus (2000:4).
Kriteria
ketuntasan menunjukkan persentase tingkat
pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimum 100 (seratus).
Angka maksimum 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan
secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai
dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap
(Anonim, 2007 : 8).
2.3. Ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal
2.3.1. Ketuntasan Belajar
Individu
Untuk menenetukan ketuntasan belajar siswa
(individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
(Trianto, 2010: 241):
KB =
x 100%
Di mana: KB = ketuntasan belajar
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
T1 = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya
(ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas
dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas
tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud
dalam Trianto, 2010: 241).
2.3.2. Ketuntasan belajar Klasikal
Nilai postes diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas,
kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan
klasikal =
2.4. Pengertian
Kedudukan Siswa dalam Kelompok
Yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah
letak seorang siswa dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut
ranking. Untuk dapat diketahui ranking dari siswa-siswa disuatu kelas maka
harus diadakan pengurutan nilai siswa siswa tersebut yang paling atas sampai
yang paling bawah. Sehingga dengan mudah dapat ditentukan nomor yang menunjukan
kedudukan siswa dalam tingkatannya.
2.5. Cara-cara Menetukan
Kedudukan Siswa
Ada bermacam-macam cara untuk menentukan ranking atau
kedudukan siswa dalam kelompoknya. Akan tetapi di dalam uraian ini hanya akan
diberikan 4 cara saja , yaitu:
1.
Dengan ranking sederhana (simple rank)
2.
Dengan ranking presentase (percentile rank)
3.
Dengan standar deviasi
4. Dengan
menggunakan z-score
2.5.1. Simple
Rank
Simple rank: adalah urutan yang menunjukan
letak/kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor/ angka
biasa.
Contoh
:
Skor
dari ulangan bahasa Indonesia bagi 20 orang siswa adalah sebagai berikut :
A
= 45 F
= 70 K = 75 P = 78
B
= 50 G = 75 L
= 75 Q = 74
C
= 39 H = 69 M = 69 R = 65
D
= 61 I
= 60 N = 60 S = 49
E
= 63 J = 73 O = 73 T = 60
Hanya dengan melihat deretan skor yang masih berserakan
ini, kita belum dapat menentukan ranking atau kedudukan seseorang dalam
kelompoknya, untuk maka skor-skor tersebut terlebih dahulu harus kita susun,
urut dari skor yang paling tinggi sampai ke skor yang paling rendah, dengan
urutan ke bawah.
Setelah itu kita tentukan urutan nomor dari atas, yaitu
1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya sampai seluruh siswa memperoleh nomor. Yang perlu
diingat disini bahwa apa bila ada dua atau tiga orang yang kebetulan memiliki
skor yang sama, harus diberi nomor urut atau ranking yang sama pula, yaitu
rata-rata dari urutan orang-orang yang memiliki skor sama tersebut. Untuk
memahami bagaimana menentukan simple rank atau ranking sederhana marilah kita
urutkan skor-skor A sampai dengan T, dan terdapatlah seperti berikut ini :
TABLE SIMPLE RANK DARI 20 ORANG SISWA
Nama Siswa
|
Skor
|
Rangking
|
G
P
H
K
L
Q
O
F
M
I
R
E
D
N
T
B
S
J
A
C
|
81
78
75
75
75
74
73
70
69
68
65
62
61
60
60
50
49
46
45
39
|
1
2
3
4 4 dari ( 3+4+5 )
5 3
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
a.
Siswa yang
mempunyai skor sama, juga mempunyai ranking sama. Sehingga ada nomor-nomor yang
tidak digunakan sebagai nomor urut.
b.
Rank terakhir
selalu sama dengan nomor urut siswa atau banyaknya siswa dapat di kelompok,
kecuali ada beberapa siswa yang mempunyai persamaan skor
2.5.2. Percentile Rank
Percentile Rank atau ranking persentase : Adalah
kedudukan seseorang dalam kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang
berada di bawahnya. Jadi, dalam hal ini siswa dibandingkan dengan siswa lain
yang mempunyai skor sama atau lebih kecil dari padanya.
Contoh
:
Jika
seorang siswa memiliki PR ( percentile rank) 85 ini menunjukkan bahwa kecakapan
siswa tersebut sama atau melebihi 85 % dari seluruh kelompok.
Dengan ranking persentase atau percentile rank, lebih
dapat di ketahui gambaran kecakapan siswa, karena angka ranking menunjukkan
besarnya persentase siswa dalam kelompok yang berhasil dilampaui.
Apabila
hanya dengan simple rank hanya diketahui nomor, tanpa menunjukkan banyaknya
individu yang masuk dalam kelompok. Mungkin A mempunyai ranking 15. Tampaknya
nomor kecil, tetapi siapa tahu bahwa seluruh kelompok memang hanya terdiri dari
15 orang, hingga A termasuk juru kunci.
Cara menentukan PR adalah demikian :
1)
Menentukan dahulu
SR (Simple Rank)-nya.
2)
Mencari dengan 100,
setelah dibagi dengan kelompok itu, yang ada di bawahnya.
3)
Mengalikan dengan
100, setelah dibagi dengan kelompok.
Contoh : Dengan
kelompok yang terdapat pada "Tabel Simple Rank untuk 20 orang". Siswa
F mendahului ranking 8 dalam simple rank (SR). Maka banyak siswa yang ada di
bawahnya adalah (20-8) orang atau 12 orang,
PR untuk F adalah x
100 atau 60
Ini berarti bahwa siswa
F itu letak dalam kelompok mengalahkan sebanyak 60% untuk prestasi yang
bersangkutan. Dengan contoh di atas dapat dikatakan bahwa untuk menentukan PR
kita tidak boleh menentukan SR terlebih dahulu.
PR =
X 100
|
Di dalam kelompok, maka PR hanya berkisar antara 1 sampai
100. Tidak pernah ada PR 100 karena tidak ada siswa yang mengalahkan dirinya
sendiri.
2.5.3. Standar Deviasi
Yang dimaksud dengan penentuan siswa dengan standar
deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok.
Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
Penentuan kedudukan dengan standar deviasi dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a.
Pengelompokan atas
3 ranking
Prestasi siswa dalam satu kelas dapat tergambar sebagai
sebuah karya normal. Sebagian besar dari siswa-siswa ini terletak di
tengah-tengah kurva sebagai kelompok "sedang" (68,27%) sebagian kecil
terletak di daerah "atas" dan sebagian lain lagi akan terletak di
daerah " bawah" (masing-masing 15,86 %).
Dengan demikian maka dalam menentukan seseorang siswa,
terlebih dahulu kelas dibagi menjadi 3 kelompok kemudian dari pengelompokan itu
dapat diketahui dia termasuk kelompok mana.
Langkah-langkah menentukan kedudukan siswa dalam 3
ranking
1)
Menjumlah skor
semua siswa.
2)
Mencari nilai
rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Deviasi standar atau standar deviasi).
3)
Menentukan
batas-batas kelompok.
a) Kelompok atas
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus
satu standar deviasi ke atas.
b) Kelompok sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 SD & 1 SD.
c) Kelompok kurang
Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang
dari itu.
Contoh : Skor 30 orang siswa adalah :
8 6 6 7
6 8 7 5 6
4 7 8 6
7 5 4 7 6
8 6 6
7 5 4 7 7 6
Untuk
menghitung Mean dan Standar Deviasi (SD) dapat digunakan rumusrumus dan dapat
dihitung melalui tabel berikut :
Skor
|
f
|
fx
|
fx²
|
8
7
6
5
4
|
4
9
11
3
3
|
32
63
66
15
12
|
256
441
396
75
48
|
|
N = 30
|
188
( S fx )
|
1,216
( S fx2 )
|
Apa
bila dilalui tabel ini, maka digunakan rumus-rumus yang lain :
Mean
= 39,271
= 40,533
Sedangkan
rumus Standar Deviasi adalah :
SD = - ( )²
Dari
data yang ada maka Mean = = 6,27
SD = -
-
Batas kelompok bawah sedang adalah :
6, 27 - 1,12 = 5,15
-
Batas kelompok sedang atas adalah :
6,27 + 1,12 = 7,39
Jadi :
- Kelompok atas
Semua siswa yang mempunyai skor 7,39 ke atas yaitu skor 8
ada 4 orang.
- Kelompok sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara 5.15 dan 7,39 ada
20 orang.
- Kelompok bawah
Semua
siswa yang mempunyai skor 5.15 ke bawah ada 6 orang.
b.
Pengelompokan atas
11 ranking
Sebenarnya
pengelompokan berdasarkan Standar Deviasi (SD) dapat dilakukan dengan mengambil
3 ranking dan 11 ranking saja. Mean dan Standar Deviasi yaitu menghitung ke
skala 1 - 10. selanjutnya akan terdapat 11 ranking (tingkat) yaitu :
Rangking 1 : kelompok siswa dengan nilai 10
Rangking 2 : kelompok siswa dengan nilai 9
Rangking 3 : kelompok siswa dengan nilai 8
Rangking 4 : kelompok siswa dengan nilai 7
Untuk standar mengingatkan kembali batas-batas setiap
ranking. Di bawah ini dideretkan lagi Standar Deviasi untuk tiap skala.
Skala
nilai 10 : Mean + (2,25) SD
Skala
nilai 9 : Mean + (1,75) SD
Skala
nilai 8 : Mean + (1,25) SD
Skala
nilai 7 : Mean + (0,75) SD
Skala
nilai 6 : Mean + (0,25) SD
Skala
nilai 5 : Mean + (0,25) SD
Skala
nilai 4 : Mean - (0,75) SD
Skala
nilai 3 : Mean - (1,25) SD
Skala
nilai 2 : Mean - (1,75) SD
Skala
nilai 1 : Mean - (2,25) SD
Untuk
ranking ke-11, dengan skala angka 0, dalam siswa yang memiliki skor lebih kecil
dari -2,25 SD.
2.5.4. Standar Score atau Z-Score
Adalah angka yang menunjukkan perbandingan perbedaan
score seseorang dari mean dengan standar deviasi. Standar score ini lebih
mempunyai arti dibandingkan dengan score itu sendiri karena telah dibandingkan
dengan suatu standar yang sama.
Untuk
menentukan Z-Score, harus diketahui :
-
Rata-rata skor dari kelompok.
-
Standar Deviasi dari skor-skor tersebut
Z = Rumus : Z = nilai baku
Contoh
:
Dari 10 orang siswa tercatat skornya sebagai berikut :
50 55 63
60 37
45 70 30 40 50
Rata-rata
skor = = 50
Dengan
rumus :
SD
= - ( )
Maka
SD = = = 11,75
-
Siswa ke dua yakni Tini mempunyai skor 55
Z-Score untuk
Tini = = + 0,42
-
Siswa ke tiga, yakni Suryo mempunyai skor 63
Z-Score untuk Suryo = = + 1,11
-
Siswa ke lima, yakni Mita mempunyai skor 37
Z-Score untuk Mita = = - 1,11
Pengetrapan dari Z-Score ini banyak digunakan di dalam
menentukan kejuaraan seseorang apa bila kebetulan jumlah nilainya sama. Untuk
ini dapat dibantu dengan menghitung Z-Score terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang
terdapat pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1.
KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta
didik mencapai ketuntasan.
2.
Ketuntasan belajar
(daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah
ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran.
3.
Untuk menenetukan ketuntasan
belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan KB =
x 100%. Nilai postes diperoleh setelah
dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil
belajar.
Ketuntasan klasikal =
4.
Kedudukan siswa
dalam kelompok adalah letak seorang siswa dalam urutan tingkatan.
5.
Cara-cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok ada 4 cara, yaitu dengan ranking sederhana (simple rank),
ranking presentase (percentile rank), standar deviasi dan menggunakan z-score.
3.2.
Saran
Saran yang dapat kami
sampaikan adalah agar mengaplikasikan semua materi yang dapat diaplikasikan
pada makalah ini dan merawat makalah ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Cetakan ke-4. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumiaksara.
Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Prees.
Trianto.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Wahidmurni. 2010. Evaluasi
Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta. Nuha Litera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar