Selasa, 30 Juni 2015

KEBERHASILAN SISWA DAN KEDUDUKANNYA DALAM KELOMPOK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2007tentang Standar Penilaian Pendidikan, Sub bab Pengertian point 10 dinyatakan bahwa “kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketutasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai ambang batas kompetensi”. Lebih lanjut tentang penentuan besaran KKM oleh satuan pendidikan harus memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik (Wahidmurni, 2010).
Dalam pelajaran dasar-dasar evaluasi pendidikan itu mencakup salah satu tentang kedudukan siswa dalam kelompok. Maksud kedudukan siswa dalam kelompok adalah letak seseorang siswa di dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking, untuk dapat di ketahui ranking dari siswa-siswa di suatu kelas maka harus di adakan pengurutan nilai siswa-siswa tersebut dari yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah. Dengan mengurutkan nilai-nilai maka dengan mudah dapat ditentukan nomor yang menunjukkan siswa dalam tingkatannya.
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui tentang pengertian KKM, ketuntasan belajar siswa, ketuntasan belajar individu dan klasikal, kedudukan siswa dalam kelompok dan cara-cara menetukan kedudukan siswa dalam kelompok, maka dibuatlah makalah ini yang membahas itu semua.




1.2. Rumusa Masalah
Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.    Apa yang dimaksud dengan KKM?
2.    Apakah yang dimaksud ketuntasan belajar siswa?
3.    Bagaimana ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal?
4.    Apa yang dimaksud dengan kedudukan siswa dalam kelompok?
5.    Bagaimana cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan KKM.
2.    Untuk mengetahui yang dimaksud ketuntasan belajar siswa.
3.    Untuk mengetahui ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal.
4.    Untuk mengetahui pengertian kedudukan siswa dalam kelompok.
5.    Untuk cara-cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok.

1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan KKM.
2.    Untuk mengetahui yang dimaksud ketuntasan belajar siswa.
3.    Untuk mengetahui ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal.
4.    Untuk mengetahui pengertian kedudukan siswa dalam kelompok.
5.    Untuk cara-cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok.






BAB II
 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian KKM
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

2.2. Ketuntasan Belajar Siswa
Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa. (Sularyo 2004:6). Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus (2000:4).
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimum 100 (seratus). Angka maksimum 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap (Anonim, 2007 : 8).




2.3. Ketuntasan Belajar Individu dan Klasikal
2.3.1. Ketuntasan Belajar Individu
Untuk menenetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Trianto, 2010: 241):
KB =  x 100%
Di mana: KB = ketuntasan belajar
                 T   = jumlah skor yang diperoleh siswa
                 T1  = jumlah skor total
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut  terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010: 241).

2.3.2. Ketuntasan belajar Klasikal
Nilai postes diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan klasikal =   

2.4. Pengertian Kedudukan Siswa dalam Kelompok
Yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang siswa dalam urutan tingkatan. Dalam istilah yang umum, disebut ranking. Untuk dapat diketahui ranking dari siswa-siswa disuatu kelas maka harus diadakan pengurutan nilai siswa siswa tersebut yang paling atas sampai yang paling bawah. Sehingga dengan mudah dapat ditentukan nomor yang menunjukan kedudukan siswa dalam tingkatannya.


2.5. Cara-cara Menetukan Kedudukan Siswa
Ada bermacam-macam cara untuk menentukan ranking atau kedudukan siswa dalam kelompoknya. Akan tetapi di dalam uraian ini hanya akan diberikan 4 cara saja , yaitu:
1. Dengan ranking sederhana (simple rank)
2. Dengan ranking presentase (percentile rank)
3. Dengan standar deviasi
4. Dengan menggunakan z-score

2.5.1. Simple Rank
Simple rank: adalah urutan yang menunjukan letak/kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor/ angka biasa.
Contoh :
Skor dari ulangan bahasa Indonesia bagi 20 orang siswa adalah sebagai berikut :
A = 45        F = 70              K = 75             P = 78
B = 50         G = 75             L = 75                         Q = 74
C = 39         H = 69             M = 69            R = 65
D = 61        I = 60              N = 60             S = 49
E = 63         J = 73              O = 73             T = 60
Hanya dengan melihat deretan skor yang masih berserakan ini, kita belum dapat menentukan ranking atau kedudukan seseorang dalam kelompoknya, untuk maka skor-skor tersebut terlebih dahulu harus kita susun, urut dari skor yang paling tinggi sampai ke skor yang paling rendah, dengan urutan ke bawah.
Setelah itu kita tentukan urutan nomor dari atas, yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya sampai seluruh siswa memperoleh nomor. Yang perlu diingat disini bahwa apa bila ada dua atau tiga orang yang kebetulan memiliki skor yang sama, harus diberi nomor urut atau ranking yang sama pula, yaitu rata-rata dari urutan orang-orang yang memiliki skor sama tersebut. Untuk memahami bagaimana menentukan simple rank atau ranking sederhana marilah kita urutkan skor-skor A sampai dengan T, dan terdapatlah seperti berikut ini :
TABLE SIMPLE RANK DARI 20 ORANG SISWA
Nama Siswa
Skor
Rangking
G
P
H
K
L
Q
O
F
M
I
R
E
D
N
T
B
S
J
A
C
81
78
75
75
75
74
73
70
69
68
65
62
61
60
60
50
49
46
45
39
1
2
3
4 4 dari ( 3+4+5 )
5 3
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

a.    Siswa yang mempunyai skor sama, juga mempunyai ranking sama. Sehingga ada nomor-nomor yang tidak digunakan sebagai nomor urut.
b.    Rank terakhir selalu sama dengan nomor urut siswa atau banyaknya siswa dapat di kelompok, kecuali ada beberapa siswa yang mempunyai persamaan skor

2.5.2. Percentile Rank
Percentile Rank atau ranking persentase : Adalah kedudukan seseorang dalam kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya. Jadi, dalam hal ini siswa dibandingkan dengan siswa lain yang mempunyai skor sama atau lebih kecil dari padanya.
Contoh :
Jika seorang siswa memiliki PR ( percentile rank) 85 ini menunjukkan bahwa kecakapan siswa tersebut sama atau melebihi 85 % dari seluruh kelompok.
Dengan ranking persentase atau percentile rank, lebih dapat di ketahui gambaran kecakapan siswa, karena angka ranking menunjukkan besarnya persentase siswa dalam kelompok yang berhasil dilampaui.
Apabila hanya dengan simple rank hanya diketahui nomor, tanpa menunjukkan banyaknya individu yang masuk dalam kelompok. Mungkin A mempunyai ranking 15. Tampaknya nomor kecil, tetapi siapa tahu bahwa seluruh kelompok memang hanya terdiri dari 15 orang, hingga A termasuk juru kunci.
Cara menentukan PR adalah demikian :
1)   Menentukan dahulu SR (Simple Rank)-nya.
2)   Mencari dengan 100, setelah dibagi dengan kelompok itu, yang ada di bawahnya.
3)   Mengalikan dengan 100, setelah dibagi dengan kelompok.
Contoh : Dengan kelompok yang terdapat pada "Tabel Simple Rank untuk 20 orang". Siswa F mendahului ranking 8 dalam simple rank (SR). Maka banyak siswa yang ada di bawahnya adalah (20-8) orang atau 12 orang,
PR untuk F adalah x 100 atau 60
Ini berarti bahwa siswa F itu letak dalam kelompok mengalahkan sebanyak 60% untuk prestasi yang bersangkutan. Dengan contoh di atas dapat dikatakan bahwa untuk menentukan PR kita tidak boleh menentukan SR terlebih dahulu.
PR =  X 100
Rumus untuk menentukan PR adalah :


Di dalam kelompok, maka PR hanya berkisar antara 1 sampai 100. Tidak pernah ada PR 100 karena tidak ada siswa yang mengalahkan dirinya sendiri.

2.5.3. Standar Deviasi
Yang dimaksud dengan penentuan siswa dengan standar deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
Penentuan kedudukan dengan standar deviasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a.    Pengelompokan atas 3 ranking
Prestasi siswa dalam satu kelas dapat tergambar sebagai sebuah karya normal. Sebagian besar dari siswa-siswa ini terletak di tengah-tengah kurva sebagai kelompok "sedang" (68,27%) sebagian kecil terletak di daerah "atas" dan sebagian lain lagi akan terletak di daerah " bawah" (masing-masing 15,86 %).
Dengan demikian maka dalam menentukan seseorang siswa, terlebih dahulu kelas dibagi menjadi 3 kelompok kemudian dari pengelompokan itu dapat diketahui dia termasuk kelompok mana.
Langkah-langkah menentukan kedudukan siswa dalam 3 ranking
1)   Menjumlah skor semua siswa.
2)   Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Deviasi standar atau standar deviasi).
3)   Menentukan batas-batas kelompok.
a) Kelompok atas
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ke atas.
b) Kelompok sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara -1 SD & 1 SD.
c) Kelompok kurang
Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang dari itu.
Contoh : Skor 30 orang siswa adalah :
8          6         6          7          6          8          7          5          6
4          7          8          6          7          5          4          7         6
8          6          6          7         5          4          7          7         6

Untuk menghitung Mean dan Standar Deviasi (SD) dapat digunakan rumusrumus dan dapat dihitung melalui tabel berikut :
Skor
f
fx
fx²
8
7
6
5
4
4
9
11
3
3
32
63
66
15
12
256
441
396
75
48

N = 30
188
( S fx )
1,216
( S fx2 )

Apa bila dilalui tabel ini, maka digunakan rumus-rumus yang lain :
Mean   = 39,271
= 40,533
Sedangkan rumus Standar Deviasi adalah :
  SD = - ( )²
Dari data yang ada maka Mean = = 6,27
  SD = -
- Batas kelompok bawah sedang adalah :
     6, 27 - 1,12 = 5,15
- Batas kelompok sedang atas adalah :
     6,27 + 1,12 = 7,39
   Jadi :
- Kelompok atas
Semua siswa yang mempunyai skor 7,39 ke atas yaitu skor 8 ada 4 orang.
- Kelompok sedang
Semua siswa yang mempunyai skor antara 5.15 dan 7,39 ada 20 orang.
- Kelompok bawah
Semua siswa yang mempunyai skor 5.15 ke bawah ada 6 orang.

b.    Pengelompokan atas 11 ranking
Sebenarnya pengelompokan berdasarkan Standar Deviasi (SD) dapat dilakukan dengan mengambil 3 ranking dan 11 ranking saja. Mean dan Standar Deviasi yaitu menghitung ke skala 1 - 10. selanjutnya akan terdapat 11 ranking (tingkat) yaitu :
Rangking 1 : kelompok siswa dengan nilai 10
Rangking 2 : kelompok siswa dengan nilai 9
Rangking 3 : kelompok siswa dengan nilai 8
Rangking 4 : kelompok siswa dengan nilai 7
Untuk standar mengingatkan kembali batas-batas setiap ranking. Di bawah ini dideretkan lagi Standar Deviasi untuk tiap skala.
Skala nilai 10 : Mean + (2,25) SD
Skala nilai 9 : Mean + (1,75) SD
Skala nilai 8 : Mean + (1,25) SD
Skala nilai 7 : Mean + (0,75) SD
Skala nilai 6 : Mean + (0,25) SD
Skala nilai 5 : Mean + (0,25) SD
Skala nilai 4 : Mean - (0,75) SD
Skala nilai 3 : Mean - (1,25) SD
Skala nilai 2 : Mean - (1,75) SD
Skala nilai 1 : Mean - (2,25) SD
Untuk ranking ke-11, dengan skala angka 0, dalam siswa yang memiliki skor lebih kecil dari -2,25 SD.
2.5.4. Standar Score atau Z-Score
Adalah angka yang menunjukkan perbandingan perbedaan score seseorang dari mean dengan standar deviasi. Standar score ini lebih mempunyai arti dibandingkan dengan score itu sendiri karena telah dibandingkan dengan suatu standar yang sama.
Untuk menentukan Z-Score, harus diketahui :
- Rata-rata skor dari kelompok.
- Standar Deviasi dari skor-skor tersebut
    Z = Rumus : Z = nilai baku
Contoh :
Dari 10 orang siswa tercatat skornya sebagai berikut :
50           55        63       60       37
45           70         30        40       50
Rata-rata skor = = 50
Dengan rumus :
SD = - ( )
Maka SD = = = 11,75
- Siswa ke dua yakni Tini mempunyai skor 55
   Z-Score untuk Tini = = + 0,42
- Siswa ke tiga, yakni Suryo mempunyai skor 63
   Z-Score untuk Suryo = = + 1,11
- Siswa ke lima, yakni Mita mempunyai skor 37
   Z-Score untuk Mita = = - 1,11
Pengetrapan dari Z-Score ini banyak digunakan di dalam menentukan kejuaraan seseorang apa bila kebetulan jumlah nilainya sama. Untuk ini dapat dibantu dengan menghitung Z-Score terlebih dahulu.





BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang terdapat pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1.    KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
2.    Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran.
3.    Untuk menenetukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan KB =  x 100%. Nilai postes diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar.
Ketuntasan klasikal =   
4.    Kedudukan siswa dalam kelompok adalah letak seorang siswa dalam urutan tingkatan.
5.    Cara-cara menentukan kedudukan siswa dalam kelompok ada 4 cara, yaitu dengan ranking sederhana (simple rank), ranking presentase (percentile rank), standar deviasi dan menggunakan z-score.


3.2.   Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah agar mengaplikasikan semua materi yang dapat diaplikasikan pada makalah ini dan merawat makalah ini dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Cetakan ke-4. Bandung: PT Remaja     Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumiaksara.

Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Prees.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahidmurni. 2010. Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta. Nuha Litera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar