Selasa, 30 Juni 2015

LAPORAN AYUNA PUNTIR



AYUNAN PUNTIR
A.  PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Salah satu gerak yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah gerak osilasi atau getaran. Sebuah partikel dikatakan berosilasi apabila bergerak secara periodik terhadap suatu posisi setimbang. Dari semua gerak osilasi yang terpenting adalah gerak harmonik sederhana karena disamping merupakan gerak yang paling mudah digambarkan secara matematis tetapi ia juga merupakan gambaran yang cukup jelas tentang banyak osilasi yang terjadi di alam. Salah satu jenis gerak osilasi yang sering kita dapatkan tersebut adalah ayunan puntir. Ayunan puntir atau dalam bahasa lainnya bandul puntiran (Torsional pendulum), berupa sebuah piringan yang digantungkan pada ujung sebuah batang kawat yang dipasang pada pusat massa piringan. Dengan kata lain bahwa ayunan puntir adalah sebuah benda tegar yang digantungkan pada titik pusatnya yang apabila diberi simpangan pada titik kesetimbangan maka akan berosilasi.
Kita ketahui bahwa pada ayunan puntir ada yang namanya konstanta puntir dan modulus geser. Dimana konstanta puntir merupakan tetapan harga untuk suatu logam yang dapat dipuntir. Dan modulus geser merupakan beda panjang suatu logam swbelum dan setelah dipuntir. Namun kita belum begitu tahu apa saja sebenarnya yang mempengaruhi konstanta puntir dan modulus geser tersebut, serta bagaimana hubungan antara konstanta puntir dengan modulus geser. Maka dari itu, dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui konstanta puntir dan modulus geser dari kawat logam.

2.    Tujuan
Tujuan dari percobaan ayunan puntir ini adalah untuk menentukan konstanta puntir k dan modulus geser M dari kawat logam.

B.  KAJIAN TEORI
        Dalam menganalisa bagian struktur yang mendapat momen puntir, kita akan mengikuti pendekatan dasar yang digariskan yaitu yang pertama, sistem secara keseluruhan diselesaikan untuk keseimbangan, kemudian digunakan metode irisan dengan membuat bidang irisan yang tegak lurus terhadap sumbu dari bagian struktur. Setiap sesuatu yang berada di luar sebuah potongan lalu dipindahkan dan akhirnya akan diterangkan adalah momen puntir dalam atau penahan yang diperlukan untuk menjaga keadaan seimbang dari bagian yang telah dipisahkan ditentukan. Untuk mendapatkan momen puntir dalam ini untuk batang-batang statis tertentu hanya dibutuhkan sesuatu persamaan statistika yaitu ∑ M = 0 dimana sumbu x adalah dibuat sepanjang arah batang. Dengan menggunakan persamaan ini terhadap suatu bagian terpisah dari sebuah poros maka suatu momen puntir terpakai luar didapatkan untuk mengimbangi momen puntir luar dan dalam haruslah sama secara numerik tetapi bekerja dalam arah yang berlawanan (Astamar, 2008).
Semua benda memiliki elastisitas, termasuk logam yang digolongkan sebagai benda yang elastis. Elastisitas suatu logam dapat diamati dengan cara ayunan puntir dengan menggunakan kawat logam yang diosilasikan. Sebuah cakram pemberat digantungkan pada sebuah kawat kemudian diputar pada bidang horizontal (diberi simpang sudut) dan dilepaskan, maka cakram tersebut akan berosilasi. Maka periode gerak osilasi sistem akan memenuhi persamaan:
T = 2π                                 ......................................................... (1)
dengan I adalah momen inersia kawat (kg.m²) dan k adalah konstanta puntir (N.m). Konstanta puntir merupakan tetapan harga untuk suatu logam yang dapat dipuntir. Sedangkan modulus geser merupakan beda panjang suatu logam swbelum dan setelah dipuntir. Hubungan antara konstanta puntir k dan modulus geser M dinyatakan oleh persamaan:
k =                                        ........................................................ (2)
dengan L adalah panjang kawat (m) dan r adalah jari-jari kawat (m) (Daulica, 2012).
Jika kita memutar sebuah cakram seperti yang terlihat pada Gambar 1 dengan beberapa perpindahan sudut θ dari posisi diamnya (dimana garis acuan adalah di θ = 0) dan melepaskannya, maka benda tersebut akan berosilasi disekitar posisinya pada sudut gerak harmonik sederhana. Memutar cakram melalui sudut θ dikedua arah memasukkan pemulihan torsi yang diberikan oleh
τ = -kθ                              ................................................................. (3)
Nilai k (kappa Yunani) adalah konstan, disebut juga sebagai konstan torsi, yang tergantung pada panjang, diameter dan bahan dari kawat suspensi.



 







Gambar 1. Sebuah pendulum torsi (Ayunan Puntir)  (Halliday, 2010).

C.  METODE PRAKTIKUM
1.    Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ayunan puntir ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan Percobaan Ayunan Puntir
No
Nama Alat dan Bahan
Fungsi
1.
1 set statif
Sebagai penyangga
2.
Mikrometer presisi
Untuk mengukur diameter kawat
3.
Jenis kawat logam (tembaga)
Untuk menggantungkan benda tegar pada statif
4.
Plat logam/kayu
Sebagai objek pengamatan
5.
Stopwatch
Untuk mengukur waktu
6.
Mistar
Untuk mengukur panjang kawat






2.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ayunan puntir ini yaitu:
1.    Menggantungkan benda pada suatu poros yang melalui pusat massa dan tegak lurus pada bidang-bidang benda seperti Gambar 2.
Gambar 2. Rangkaian alat percobaan ayunan puntir
2.    Mengukur panjang dan diameter kawat yang dipakai, panjang kawat mulai dari 49 cm.
3.    Memutar benda dengan sudut kecil, kemudian melepaskannya sehingga benda berosilasi, mencatat waktu yang diperlukan untuk 10 ayunan.
4.    Mengulangi langkah (3) untuk harga yang berlainan (75 cm).
5.    Mengulangi percobaan untuk jenis kawat yang berlainan.






D.  HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil
a.    Data Pengamatan
Data pengamatan pada percobaan ayunan puntir dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Pengamatan Percobaan Ayunan Puntir
No
Jenis Kawat
Panjang Kawat (m)
Diameter Kawat (m)
t untuk 10x ayunan (s)
1.
Kawat Aluminium
0,49
0,00032
60,2
2.
Kawat Aluminium
0,75
0,00032
74,8
3.
Kawat Tembaga
0,49
0,00061
23,07
4.
Kawat Tembaga
0,75
0,00061
27,72

Catatan : Diameter beban = 10,4 cm =0,104 m
Massa beban = 102,6 gr = 0,1026 kg
b.   Analisis Data
1)   Menentukan Konstanta Puntir
a)    Jenis kawat aluminium untuk L = 0,49 m
T =
 =
 = 6,02 s

I =  mr²
= . 0,1026 kg. (0,052 m)²
= . 0,1026 kg. 0,002704 m²
= 0,000139 kg.m²
k =
          =
          =
          =
          =
          = 0,000604 N.m
                                                                  
b)   Jenis kawat tembaga untuk L = 0,49 m
T =
=
= 2,307 s
I =  mr²
= . 0,1026 kg. (0,052 m)²
= . 0,1026 kg. 0,002704 m²
= 0,000139 kg.m²

k =
          =
          =
          =
          =
          = 0,004112 N.m

2)   Menentukan Modulus Geser (M)
a)    Jenis kawat aluminium untuk L = 0,49 m
M =
=
=
=
= 2,876 x  kg/s².m

b)   Jenis kawat tembaga untuk L = 0,49 m
M =
=
=
=
= 1,572 x  kg/s².m
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Data Percobaan Ayunan Puntir
No.
Jenis Kawat
L (m)
d (m)
T (s)
I (kg.m²)
k (kg.m²/s²)
M (kg/m.s²)
1.
Kawat Aluminium
0,49
0,00032
6,02
0,000139
0,000604
2,876 x 10¹¹
2.
Kawat Aluminium
0,75
0,00032
7,48
0,000139
0,000391
2,851 x 10¹¹
3.
Kawat Tembaga
0,49
0,00061
2,307
0,000139
0,0004112
1,483 x 10¹¹
4.
Kawat Tembaga
0,75
0,00061
2,772
0,000139
0,002848
1,572 x 10¹¹


2.    Pembahasan
Ayunan puntir adalah sebuah benda tegar yang digantungkan pada titik pusatnya yang apabila diberi simpangan pada titik kesetimbangan maka akan berosilasi. Suatu benda akan dikatakan berpuntir apabila benda tersebut digantungkan pada kawat yang diputar pada bidang horizontal dan diberi simpngan tertentu kemudian dilepas maka benda tersebut akan bergerak osilasi atau terpuntir. Menganalisa bagian struktur yang mendapat momen puntir, kita akan mengikuti pendekatan dasar yang digariskan yaitu yang pertama, system secara keseluruhan diselesaikan untuk keseimbangan, kemudian digunakan metode irisan dengan membuat bidang irisan yang tegak lurus terhadap sumbu dari bagian struktur. Setiap sesuatu yang berada di luar sebuah potongan lalu dipindahkan dan akhirnya akan diterangkan adalah momen puntir dalam atau penahan yang diperlukan untuk menjaga keadaan seimbang dari bagian yang telah terpisah ditentukan.
Pada percobaan ini kami menggunakan jenis kawat aluminium dan kawat tembaga yang panjang masing-masing divariasikan 0,49 m dan 0,75 m. Dan pada hasil pengamatan diperoleh periode dari jenis kawat aluminium dengan panjang kawat 0,49 m dan 0,75 m secara berturut-turut yaitu 6,020 s dan 7, 480 s. Sedangkan periode dari jenis kawat tembaga untuk melakukan 10 kali osilasi dengan panjang 0,49 m dan 0,75 m secara bertut-turut yaitu 2,307 s dan 2,773 s. Berdasarkan analisis data tersebut kita dapat mengetahui bahwa diameter dan panjang kawat sangat berpengaruh terhadap periode, yaitu semakin panjang kawat yang digunakan maka periode osilasinya juga semakin lama. Hal ini terjadi karena semakin panjang kawat yang digunakan, otomatis lintasan yang dilalui juga semakin panjang sehingga membutuhkan waktu osilasi ang lebih lama. Periode osilasi pada jenis kawat aluminium lebih lama dibandingkan dengan periode osilasi pada kawat tembaga karena diameter kawat aluminium lebih kecil dibandingkan diameter kawat tembaga. Dimana secara teori diameter kawat berbanding terbalik dengan periode osilasi.
Momen inersia dari benda tegar yang digunakan dalam hal ini piringan yaitu 0,000139 kg.m². konstanta puntir dari jenis kawat aluminium dengan panjang 0,49 m dan 0,75 m secara berturut-turut yaitu 6,04 x  N.m dan 3,91 x  N.m, sedangkan konstanta puntir dari jenis kawat tembaga dengan panjang 0,49m dan 0,75 m secara berturut-turut yaitu 4,112 x  N.m dan 2,848 x  N.m. adapun modulus geser dari jenis kawat aluminium secara berturut-turut yaitu 2,876 x  kg/m.s² dan 2,851 x  kg/m.s², dan modulus geser dari kawat tembaga secar berturut-turut yaitu 1,483 x  kg/m.s² dan 1,572 x  kg/m.s².
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan atau pengaruh periode dan panjang kawat terhadap konstanta puntir yaitu semakin besar periode osilasi maka konstanta puntirnya semakin kecil. Dalam hal ini periode osilasi berbanding terbalik dengan konstanta puntir. Adapun pengaruh panjang tali dan periode terhadap modulus geser yaitu semakin panjang tali maka modulus gesernya akan semakin besar, karena panjang kawat berbanding lurus dengan modulus geser. Sedangkan semakin besar periode osilasi maka modulus gesernya akan semakin kecil karena periode osilasi berbanding terbalik dengan modulus geser. Dan pula pengaruh konstanta puntir terhadap modulus geser yaitu semakin besar konstanta puntir maka modulus geser juga semakin besar, dalam hal ini konstanta puntir berbanding lurus dengan modulus geser. Dengan demikian, hasil pengamatan pada praktikum yang kami lakukan sesuai dengan teori.





E.  PENUTUP
1.    Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa menentukan konstanta puntir k dari kawat logam yaitu dengan cara membandingkan empat phi kuadrat dikali momen inersia piringan pejal dengan kudrat periode, dimana semakin besar periode maka konstanta puntirnya semakin kecil. Dan menentukan modulus geser M dari kawat logam yaitu dengan cara membandingkan konstanta puntir dan dua kali panjang kawat dengan phi kali jari-jari pangkat empat, dimana modulus geser berbanding lurus dengan konstanta puntir yaitu semakin besar konstanta puntir maka modulus gesernya juga semakin besar.

2.    Saran
Saran yang dapat kami sampaikan pada praktikum ini adalah:
a.    Untuk teman-teman praktikan agar teliti dan berhati-hati pada saat melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan data dan tetap menjaga kekompakan.
b.    Untuk asisten cara menjelaskannya sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi.
c.    Untuk pengelola lab agar mengganti alat-alat yang sudah rusak, serta kalau bisa agar di lab dipasangkan AC.


DAFTAR PUSTAKA

Astamar. 2008. Mekanika Teknik. Jakarta. Erlangga.

Daulica, Riva. 2012. Jurnal Ayunan Puntir. Diakses tanggal 17 Desember 2014 Pukul 20:23 WITA.

Halliday,David. Resnick, Robert. Walker, Paul. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid 1. Jakarta. Erlangga.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar