PENENTUAN MOMEN KELEMBAMAN BENDA PUTAR
DENGAN
METODE
TRIPILAR PADA BENDA BERBENTUK BOLA
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu
benda untuk berotasi terhadap porosnya. momen inersia berperan
dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar,dan menentukan
hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya dan
percepatan sudut. Momen
inersia dapat dimiliki oleh setiap benda, manusiapun memiliki
momen inersia. Besarnya
momen inersia bergantung pada berbagai bentuk benda. Pada penentuan momen
inersia bentuk tertentu seperti bola silinder pejal, bola berongga, plat segiempat, atau bentuk yang lain
cenderung lebih mudah daripada momen inersia benda yang memiliki bentuk yang
tidak beraturan.
Metode
tripilar merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan momen
kelembaman benda putar yang berbentuk bola dengan menggunakan tiga tali. Kita ketahui bahwa
metode tripilar ini merupakan salah satu cara untuk menentukan momen
kelembaman, namun
kita belum mengetahui bagaimana akurasi metode tripilar dalam menentukan nilai
momen kelembaman secara eksperimental untuk bola pejal dan berongga dan
bagaimana desain eksperimen untuk momen kelembaman yang menggunakan metode
tripilar dapat memberikan tingkat kesalahan relatif yang kecil.
Karena
dirasa penting untuk mengetahui semua itu maka dilakukanlah praktikum ini yang
membahas tentang penentuan momen kelembaman benda putar dengan metode tripilar
pada benda berbentuk bola.
2.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum penentuan momen kelembaman benda putar dengan metode tripilar
pada benda berbentuk bola adalah :
a. Untuk
mengetahui akurasi metode tripilar dalam menentukan nilai momen kelembaman secara
eksperimental untuk bola pejal dan bola berongga.
b. Untuk
mengetahui adanya desain eksperimen untuk menentukan momen kelembaman yang
menggunakan metode tripilar dapat memberikan tingkat kesalahan relatif yang kecil.
B.
KAJIAN
TEORI
Untuk benda tegar, percepatan angular
adalah sama untuk semua partikel benda,dan karena itu dapat dikeluarkan dari
penjumlahan.Besaran ∑miri² adalah sifat benda dan sumbu rotasi yang dinamakan
momen inersia (I).
I = ∑ miri² …………………….....………………………….…….. (8.1)
Dalam persamaan
ini, jarak
ri adalah jarak dari partikel ke-i ke sumbu rotasi. Biasanya, jarak ini tidak sama
dengan jarak dari partikel ke-i ketitik asal,walaupun untuk sebuah cakram
dengan titik asalnya dipusat sumbu,jarak-jarak ini adalah sama. Momen inersia adalah
ukuran resistansi kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak
rotasi. Momen inersia ini
tergantung pada distribusi massa benda relatif terhadap sumbu rotasi
benda.momen inersia adalah sifat benda (dan sumbu rotasi), seperti massa m yang
merupakan sifat benda yang mengukur kelembamannya terhadap perubahan dalam
gerak translasi. Untuk
sistem yang terdiri dari sejumlah kecil partikel-partikel diskrit, dapat dihitung momen
inersia terhadap sumbu tertentu langsung berdasarkan persamaaan tersebut. Untuk kasus benda kontinu
yang lebih sederhana, seperti
cincin memon inersia terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan menggunakan
kalkulus (Tipler, 2001).
Jika
benda tegar terdiri atas sedikit partikel, kita dapat menghitung
inersia rotasinya terhadap sumbu yang diberikan dengan persamaan (I=∑miri²), artinya kita dapat
menentukan perkalian mr² untuk masing-masing partikel dan kemudian menjumlahkan
perkalian tersebut. (Ingatlah bahwa r adalah
jarak tegak lurus partikel dari sumbu rotasi yang diberikan). Jika benda tegar terdiri
atas banyak partikel yang berdekatan (kontinu, seperti Frisbee), menggunakan persamaan I
= ∑miri² akan memerlukan komputer. Oleh karena itu, kita mengganti
penjumlahan dalam persamaan tersebut dengan integral dan membatasi inersia
rotasi benda sebagai
I =
(Halliday, 2010).

Anggap
sebuah bola pejal berjari-jari R, momen inersia bola ini (dengan analisa
dimensi) boleh
ditulis sebagai

Dengan
c adalah konstanta dan m adalah massa bola.
![]() |
Gambar 8.1.
Bola pejal yang berputar terhadap sumbu z
Sekarang kita tinjau bola berongga dengan jari-jari
rongga r dan massanya m





Gambar 8.2.
Bola pejal berongga
Dengan prinsip super posisi momen inersia bola ini
sama dengan momen inersia bola besar dikurangi dengan momen inersia bola kecil.



= C
R²
- C
R² ………………………………….. (8.4)


Dengan menulis massa bola besar
=
(
3
) dan massa bola kecil sebagai
=
(
3
) kita peroleh :








(
A)berongga = C
= Cm
……………........ (8.5)



Selanjutnya ambil r = R dan gunakan persamaan I =
mr²
untuk memperoleh persamaan :

Cm
R² =
mR²
…………………………………………….…. (8.6)


Dari persamaan 6 kita peroleh c = 2/5, sehingga momen inersia
bola bermassa m dan jari-jari R yang berputar terhadap sumbu yang melalui pusat
massanya adalah :


(Surya, 2013)
C.
METODE
PRAKTIKUM
1.
Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel
8.1. Alat dan bahan Penentuan Momen
Kelembaman Benda Putar dengan Metode Tripilar pada Benda Berbentuk Bola.
No.
|
Alat
dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Bola Pejal
|
Sebagai bahan pengamatan
|
2.
|
Bola Berongga
|
Sebagai bahan pengamatan
|
3.
|
Benang
|
Untuk menggantung bola pada
stand penyangga
|
4.
|
Senar Raket
|
Untuk menggantung bola pada
stand penyangga
|
5.
|
Stand Penyangga
|
Untuk menggantungkan benang dan
senar
|
6.
|
Neraca
|
Untuk menimbang massa bola
|
7.
|
Mistar
|
Untuk mengukur panjang tali
|
8.
|
Stopwatch
|
Untuk menghitung waktu
|
9.
|
Busur
|
Untuk mengukur simpang atau
sudut tali
|
10.
|
Jangka sorong
|
Untuk mengukur diameter bola
|
11.
|
Mikrometer Sekrup
|
Untuk mengukur diameter bola
|
2.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja percobaan penetuan momen
kelembaman benda putar dengan metode tripilar pada benda berbentuk bola adalah
:
a. Menyediakan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan
b. Menyusun
atau merangkai alat dan bahan seperti Gambar
8.3.

Gambar 8.3. Rangkaian alat percobaan 8
c. Menentukan
jari-jari pusat sumbu dalam dengan lubang.
d. Mengukur
panjang tali L yang digunakan.
e. Menyimpangkan
lempengan dengan sudut θ yang kecil,dan setelah terjadi osilasi yang
baik (sempurna),maka selanjutnya menghitung periode osilasi untuk 1 kali putaran, kemudian mengulangi
untuk beberapa panjang tali yang sama.
f. Melanjutkan penelitian ini
untuk berbagai panjang tali.
g. Mengumpulkan data hasil
penelitian.
D.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
a. Data Pengamatan
1) Bola Pejal
Data
pengamatan untuk bola pejal dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Tabel
8.2. Data
pengamatan Bola Pejal
No.
|
Jenis
Tali
|
l (cm)
|
Waktu
untuk 10 kali
|
Osilasi (1)
|
ϴ (⁰)
|
||||
t₁ (s)
|
t₂(s)
|
t₃(s)
|
![]() |
T(s)
|
T²(S)
|
||||
1.
|
Benang
|
20
|
9
|
9,21
|
9,05
|
9,087
|
4,543
|
20,639
|
15
|
2.
|
30
|
12,8
|
13,76
|
13,79
|
13,45
|
6,725
|
45,226
|
15
|
|
3.
|
40
|
13,6
|
13,48
|
14,02
|
13,7
|
6,85
|
46,922
|
15
|
|
4.
|
Senar Gitar
|
20
|
10,6
|
10,77
|
10,71
|
10,693
|
5,347
|
28,59
|
15
|
5.
|
30
|
17,2
|
16,99
|
16,86
|
17,017
|
8,509
|
72,403
|
15
|
|
6.
|
40
|
17,5
|
17,44
|
17,6
|
17,513
|
8,757
|
76,685
|
15
|
2)
Bola Berongga
Data pengamatan untuk bola berongga
dapat dilihat pada Tabel
8.3.
Tabel 8.3. Data Pengamatan
Bola Berongga
No.
|
Jenis tali
|
l
(cm)
|
Waktu
untuk 10 kali osilasi
|
ϴ (⁰)
|
|||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
T(s)
|
T²(s)
|
||||
1.
|
Senar
gitar
|
20
|
10,2
|
11
|
11,35
|
10,85
|
5,425
|
29,431
|
15
|
2.
|
30
|
12,6
|
13,99
|
14,36
|
13,65
|
6,825
|
46,581
|
15
|
|
3.
|
40
|
24,2
|
23,39
|
23,37
|
23,653
|
11,827
|
139,878
|
15
|
|
4.
|
Benang
|
20
|
12,4
|
11,23
|
12,34
|
11,99
|
5,995
|
35,94
|
15
|
5.
|
30
|
19,9
|
19,9
|
19,74
|
19,847
|
9,234
|
98,474
|
15
|
|
6.
|
40
|
42,06
|
42,06
|
42,06
|
42,173
|
21,086
|
444,619
|
15
|
b. Analisis Data
1) Bola
Pejal
a)
Secara teori
I =
mR²

=
. 0,6027.(0,15955) ²

=
. 0,6027 (0,025456)

= 

= 0,006137 kg.m²
b) Secara praktek
Ø Benang
I = 

I = 

=

= 

=
0,0272296 kgm²
Ø Senar
I = 

=

= 

= 0,0044544 kg.m²
c)
KSR
Ø Benang
KSR = 

= 

= 

= -3,436963
Ø Senar
KSR = 

= 

= 

= 0,2741775
2) Bola
Berongga
a) Secara teori
I
=
mR²

= 

=
0,1022 (0,04266)

=

= 0,0029065 kg.m²
b) Secara
Praktek
Ø Benang
I = 

= 

= 

= 0,002091 kg.m²
Ø Senar
I = 

= 

= 

= 0,0060371 kg.m²
c) KSR
Ø Benang
KSR = 

= 

= 

= 0,2805819
Ø Senar
KSR = 

=


=


=
- 1,07707
3) Grafik Hubungan
Antara Gradien Benang dan Senar Reket pada Bola Pejal dan Bola Berongga
Grafik hubungan
antara gradien benang dan senar reket pada bola pejal dan bola berongga dapat
dilihat pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Grafik hubungan antara gradien benang dan senar
reket pada bola pejal dan bola berongga
2.
Pembahasan
Momen kelembaman adalah kemampuan suatu
benda untuk mempertahankan keadaan awalnya.ada beberapa macam metode yang dapat
digunakan untuk menentukan momen kelembaman benda.salah satu contoh misalnya
momen momen kelembaman benda putar yang berbentuk bola dapat ditentukan dengan
cara menggunakan tiga tali (tripilar).
Dalam metode tripilar ini, jari-jari
bola (R)
dianggap konstan dan panjang tali divariasikan. Benda berbentuk bola dengan
menggunakan tiga tali yang panjangnya sama. Pada saat bola disimpangkan dengan
sudut θ yang cukup kecil maka bola bergeser dan terjadi osilasi berupa putaran
saat bola dilepas. Ketika terjadi osilasi,maka terdapat gaya-gaya yang terjadi
diantaranya adalah gaya tegangan tali dan gaya torka. Momen inersia merupakan
kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Besarnya momen
inersia bergantung pada berbagai bentuk benda, pusat rotasi, jari-jari dan massa benda.
Pada percobaan ini benda yang digunakan
adalah bola pejal dan bola berongga. Pada langkah pertama kita menghitung waktu
yang diperlukan untuk melakukan 10 kali osilasi dengan memberikan simpangan
sebesar 15⁰
maka diperoleh waktu rata-ratanya dengan menggunakan benang pada panjang 0,2 m, 0,3 m, dan 0,4 m secara berturut-turut
adalah 9,087 s, 13,45 s, 13,7 s, serta kuadrat periodenya secara berturut-turut
yaitu 20,639 s, 45,226 s, dan 46,922 s. dengan memberikan simpangan dan panjang
yang sama dengan tali berbentuk benang, untuk tali berbentuk senar diperoleh
waktu rata-ratanya untuk melakukan 10 kali osilasi secara berturut-turut yaitu
10,693 s, 17,017 s, 17,513 s serta kuadrat periodenya secara berturut-turut
adalah 28,59 s, 72,403 s, dan 76,685 s. Data
yang diatas tadi adalah untuk bola pejal,sedangkan untukbola berongga dengan
tali yang berupa benang. Waktu rata-ratanya yang diperoleh secara
berturut-turut adalah 11,99 s, 19,847 s, dan 42,173 s, serta kuadrat periodenya
adalah 35,94 s, 98,474 s, dan 444,619 s. untuk tali yang berupa senar gitar
dengan memberikan simpangan dan panjang tali yang sama seperti tadi diperoleh
waktu rata-ratanya untuk melakukan 10 kali osilasi secara berturut-turut adalah
10,85 s, 13,65 s, dan 23,65 s, serta kuadrat periodenya secara berturut-turut
adalah 29,431 s, 46,581 s, dan 139,878 s.
Berdasarkan data tersebut dpat
disimpulkan bahwa yang mempengaruhi waktu dan periode adalah panjang tali.
Semakin panjang tali maka waktu yang dibutuhkan untuk berosilasi semakin
lama,dan semakin pendek tali maka waktu yang dibutuhkan untuk berosilasi
semakin cepat.
Berdasarkan analisis data untuk bola
pejal diperoleh momen inersia secara toeri adalah 0,006137 kg.m². sedangkan
secara praktek momen inersia pada benang adalah 0,0272296 kg.m² dan pada senar
0,0044544 kg.m². KSR untuk benang diperoleh -3,436963 dan KSR untuk senar
adalah 0,2741775. Untuk bola berongga momen inersia yang diperoleh secar teori
adalah 0,0029065 kg.m²,dan momen inersia secara praktek pada benang adalah
0,002091 kg.m², pada senar adalah 0,0060371 kg.m². KSR pada benang adalah
0,2805819 dan KSR pada senar adalah -1,077076.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
momen inersia pada bola pejal yang secara teori bebeda dengan momen inersia
secara praktek baik pada benang maupun pada senar. KSR pada benang lebih kecil
dibandingkan pada senar. Dan momen inersia pada bola berongga yang secara teori
sama dengan momen inersia secara praktek pada benang namun berbeda dengan pada
senar. KSR pada benang lebih besar dari pada KSR pada senar. Dengan demikian
berarti 25% dari percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori 75% tidak
sesuai dengan teori.
Berdasarkan grafik hubungan antara
gradien benang dan gradien senar raket pada bola pejal dan bola berongga
diketahui bahwa gradien benang pada bola pejal lebih besar dibandingkan dengan
gradien benang pada bola berongga. Sedangkan gradien senar raket pada bola
pejal lebih kecil dibandingkan dengan gradien senar raket pada bola berongga.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum dan hasil pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Dalam
menentukan nilai momen kelembaman secar eksperimental untuk bola pejal dan bola
berongga adalah akurat dengan metode tripilar
b. Untuk
menentukan momen kelembaman yang menggunakan metode tripilar dapat memberikan
tingkat kesalahan relative yang kecil sehingga didapatkanlah desain dalam
eksperimen.
2.
Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada
praktikum ini adalah:
a.
Untuk teman-teman
praktikan agar teliti dan berhati-hati pada saat melakukan praktikum agar tidak
terjadi kesalahan data.
b.
Untuk asisten agar
asisten menjelaskan lebih detail lagi untuk analisis datanya.
c.
Untuk pengelola lab
agar mengganti alat-alat yang sudah rusak, serta agar di lab dipasangkan AC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar