Selasa, 30 Juni 2015

Makalah Telaah Kurikulum (Pendekatan, Strategi, Model dan Metode) dalam KTSP dan Kurikulum 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
KTSP dan kurikulum 2013 memiliki beberapa perbedaan dalam pembelajaran IPA/Fisika diantaranya perbedaan dari segi pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran.

B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ada pada makalah ini yaitu:
1.    Apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP ?
2.    Eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP ?
3.    Apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013?
4.    Eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013?

C.  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP ?
2.    Untuk mengetahui eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP ?
3.    Untuk mengetahui apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013?
4.    Untuk mengetahui eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013?




D.  Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Dapat mengetahui apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP.
2.    Dapat mengetahui eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP.
3.    Dapat mengetahui apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013.
4.    Dapat mengetahui eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013.















BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A.  Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode literatur atau kajian pustaka dan internet.

B.  Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan
Ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah menurut KTSP dan kurikulum 2013. Dengan membahas beberapa sub pokok bagian yaitu apa dan bagaimana pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran IPA/ Fisika (SMP dan SMA) menurut KTSP, eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika sekolah menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP, apa dan bagaimana pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran IPA/ Fisika sekolah menengah (SMP dan SMA) menurut kurikulum 2013, eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika sekolah menengah (SMP dan SMA) menurut kurikulum 2013.

C.  Sumber Data dan Informasi
Adapun sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini yaitu buku-buku referensi dan internet terkait dengan judul makalah.

D.  Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi
Dalam penyusunan makalah ini hanya berpatokan pada buku-buku referensi dan internet serta untuk penyajian data dan informasi dibuat dalam bentuk makalah dan PPT serta didiskusikan.




E.  Peta Konsep
















BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Apa dan Bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Menurut KTSP

1.    Pendekatan Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum  KTSP
Pendekatan (approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran IPA yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain:

a. Pendekatan  Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Lingkungan
Dalam penggunaan pendekatan lingkungan terdapat beberapa kelebihan diantaranya adalah :
1)   Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak di-hadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya.
2)   Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
3)   Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak, kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.
Dalam penggunaan pendekatan lingkungan terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah :
1)   Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan ketika siswa diajak ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang di harapkan sehingga terkesan main-main.
2)   Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memperlukan waktu yag lebih lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.

b. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Konsep
Dalam penggunaan pendekatan konsep terdapat beberapa kelebihan diantaranya adalah :
1)   Fokus pada penguasaan konsep dan subkonsep
2)   Siswa dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode

Dalam penggunaan pendekatan konsep terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah :
1)   Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre.
2)   Guru terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep.



c. Pendekatan nilai
Dengan menggunakan pendekatan ini dapat dikembangkan berbagai nilai seperti nilai moral, nilai estetika (keindahan), dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran seperti pendidikan agama, kewarganegaraan, kesenian dll.
Kelebihan dan kekurangan dari pendekatan nilai
Dalam penggunaan pendekatan nilai terdapat beberapa kelebihan diantaranya  :
1)   menjadi umpan balik yang dapat digunakan guru untuk mengevaluasi program pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2)   Dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik atau materi tertentu.
3)   Hasil penilaian dapat membantu pengajar untuk merancang program remidi.
4)   Patokan dapat dipakai untuk semua golongan kelompok siswa yang memperoleh pengajaran yang sama.

Dalam penggunaan pendekatan nilai terdapat beberapa kelemahan diantaranya  :
Karena standar penilaian telah ditentukan sebelumnya, maka siswa yang memiliki nilai tinggi seolah – olah mencerminkan prestasinya dalam belajar, skaligus penguasaannya terhadap pelajaran. Padahal pada sebenarnya untuk dikatakan menguasai atau tidaknya peserta didik terhadap materi tidak hanya ditentukan dari nilai yang berdasarkan KKM saja, melainkan juga dari faktor yang lainnya.
Penetapan standar atau patokan nilai di masing – masing satuan pendidikan akan berbeda–beda. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor di atas, seperti minimnya sarana dalam pembelajaran, minimnya sumber belajar hingga terbatasnya tenaga pendidik. Jika standar penilaian disamakan antara satu sekolah dengan sekolah lain, maka hal tersebut belum mencerminkan penguasaan materi oleh siswa dan prestasi siswa sendiri.

d. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan pemecahan masalah ini ada dua versi. Versi yang pertama siswa dapat saja menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Dalam versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi pentunjuk.
Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam penggunaan pendekatan pemechan masalah terdapat beberapa kelebihan antara lain :
1)   Berpikir dan bertindak kreatif
2)   Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
3)   Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
4)   Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
5)   Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
Dalam penggunaan pendekatan konsep terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah :
1)   Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2)   Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

e. Pendekatan Penemuan
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Penemuan
Dalam penggunaan pendekatan Penemuan terdapat beberapa kelebihan antara lain:
1)   pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat;
2)   hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya;
3)   secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
Dalam penggunaan pendekatan penemuan terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat.

f. Pendekatan inkuiri
Menurut Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Inkuiri
Dalam penggunaan pendekatan inkuiri terdapat beberapa kelebihan antara lain:
1)   Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2)   Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar  yang baru.
3)   Sisawa ikut berpartisispasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan infpormasi pada peserta didik
4)   Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulakan semangat ingin tahu para siswa.

Dalam penggunaan pendekatan inkuiri terdapat beberapa kelemahan antara lain:
1)   Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam   belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang telah ditentukan.

g. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keunggulan dan kelemahan pendekatan keterampilan proses

Dalam penggunaan pendekatan keterampilan terdapat beberapa kelebihan antara lain:
1)   Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
2)   siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
3)   melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajaran,
4)   memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.

Dalam penggunaan pendekatan keterampilan terdapat beberapa kelemahan antara lain:
1)   Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum,
2)   memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya.

h. Pendekatan Sejarah
Pendekatan ini bertujuan untuk menunjukan kepada siswa bahwa ilmu pengetahuan terus-menerus berkembang berkat ketekunan dan kerja keras para ilmuwan. Pendekatan ini berguna dalam mendorong agar siswa bersikap ilmiah, tekun dan ulet dalam belajar.
Kelebihan dan Kelemahan pendekatan Sejarah
Dalam penggunaan pendekatan sejarah terdapat beberapa kelebihan antara lain:
1)   Dapat mengetahui benda aslinya
2)   Siswa lebih mudah mengapresiasi dan menilai suatu karya sejarah.
3)   Memudahkan siswa untuk mensimulasi sendiri suatu peristiwa sejarah melalui    peninggalan sejarah

Dalam penggunaan pendekatan sejarah terdapat beberapa kelemahan antara lain:
1)   Tidak bisa dibawa kedalam kelas untuk dipamerkan kepada siswa
2)   Membutuhkan biaya untuk bisa melihatnya
3)   Tidak mampu mewakili suatu peristiwa sejarah secara keseluruhan
4)   Keutuhan dan keasliannya tergantung perawatan


i. Pendekatan Deduktif/induktif
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
1)   Kelebihan dari pendekatan induktif antara lain :
a) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
b) Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
c) Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

2)   Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
a)    Memerlukan banyak waktu.
b)   Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
c)    Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk memahaminya.
d)  Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus..


Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
1)   Kelebihan pendekatan deduktif antara lain:
a)   Tidak memerlukan banyak waktu.
b)  Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau masalah yang konkrit.
2)   Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:
a)   Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
b)  Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
c)   Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.

j. Pendekatan Belajar Tuntas
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu..
 Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas
Kebaikan Belajar Tuntas :
1)   Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsif  perbedaan individual, belajar kelompok.
2)   Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
3)   Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya.

Kelemahan Belajar Tuntas :
1)   Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh.
2)   Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.
3)   Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.

k. Pendekatan Modul
Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).
Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas
Kebaikan dari pendekatan modul :
Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
Kelemahan dari pendekatan modul :
Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik.
Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin
memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri

l. Pendekatan Dengan Komputer
Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu (Wena, 2011:203). Melalui pembelajaran ini bahan ajar disajikan melalui media komputer sehingga kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menantang bagi siswa.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Komputer
Pembelajaran berbasis komputer  mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1)   Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi
2)   Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam
3)   Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar
4)   Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik

Selain itu, pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa kelemaha antara lain:
1)   Hanya efektif jika digunakan satu orang atau kelompok kecil. Kelemahan ini sudah diatasi karena saat ini pengadaan komputer sangat mudah.
2)   Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa (siswa cepat bosan).
3)   Guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli program komputer grafis, juru kamera dan teknisi komputer.
2.    Strategi Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut KTSP
a.    Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
b.   Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
1)   Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik,
2)   Menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah,
3)   Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuanyang lain,
4)   Pemahaman yang lebih baik,
5)   Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
3.    Model Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut KTSP
Penggunaan model–model pembelajaran dalam kelas bersifat relative, tak ada satu model pembelajaran tertentu yang efektif untuk mengajarkan semua materi pembelajaran IPA / Fisika. Keragaman materi dan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa setelah pembelajaran menyebabkan adanya perbedaan pola/strategi yang digunakan untuk mencapainya. Berikut ini akan dibahas beberapa model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran IPA / Fisika.

a.    Model pembelajaran langsung (Direct instruction)
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung, harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah. Hal ini dimaksudkan karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, dan dituntut untuk dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan kemampuan belajar siswa dalam memperoleh pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang prosedur / langkah – langkah dalam melakukan sesuatu, seperti : prosedur penggunaan jangka sorong, micrometer, neraca ohauss, ampere meter, dan lain–lain. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata–kata, seperti: teori atom, susunan dan nama–nama planet yang masuk dalam tata surya kita. Jadi, pada prisipnya pengetahuan yang dapat diajarakan dengan menggunakan model pembelajaran langsung adalah pengetahuan yang telah ditata dengan baik sehingga mempunyai struktur yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung mempunyai langkah–langkah atau sintaks yang terdiri atas lima fase penting, seperti pada tabel berikut:
Fase – Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Menyampaikan dan mempersiapkan siswa.
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Fase 3
Membimbing pelatihan
Fase 4
Mengecek pemahaman siswa dan memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Merencanakan dan memberi bimbingan tahap awal.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik.
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan pelatihan khusus pada penerapan ke situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam pembelajaran langsung, tujuan pembelajaran dapat dirumuskan oleh guru bersama dengan siswa, tetapi harus disadari bahwa pembelajaran langsung tetap berpusat pada guru. System pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dapat memberi jaminan akan keterlibatan siswa, terutama melalui aktivitas; memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Hal ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, da tanpa humor. Dengan demikian, lingkungan pembelajaran berorientasi kepada tugas dan memberi harapan yang tinggi akan tercapainya hasil belajar yang lebih baik.


b.   Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok–kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling membantu dan bekerjasama untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Dalam kelompoknya, siswa harus : beranggapan kelompoknya seperti miliknya sendiri, bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti miliknya sendiri, memandang semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, membagi tugas dan tanggungjawab yang sama dianggota kelompok, akan dievaluasi atau diberi hadiah/penghargaan, berbagi kepemimpinan dan butuh keterampilan untuk belajar bekerjasama selama proses belajar berlangsung, dan akan diminta pertanggungjawaban secara individu tetang materi yang ditangani dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik dan juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Para pengembang model pembelajaran kooperatif telah menunjukkan bahwa model srtuktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas – tugas akademik.
Tujuan penting lain yang dapat dicapai melalui pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa mengenai keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting dimiliki oleh siswa untuk terjun ke masyarakat, karena banyak kerja orang dewasa yang dilakukan dalam bentuk tim atau organisasi yang saling bergantung satu sama lain.
Model pembelajaran kooperatif memilki langkah – langkah atau sintaks yang terdiri atas enam fase penting, seperti pada tabel berikut :
Fase – fase
Perilaku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Fase 2
Menyajikan informasi

Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompok belajar

Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5
Evaluasi

Fase 6
Memberikan penghargaan
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.


Menyajikan informasi kepada siswa melalui demonstrasi atau bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Mengevaluasi hasil belajar sesuai dengan materi pembelajaran atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Mancari cara cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.



c.    Model Pembelajaran Berdasarkan Permasalahan
Pembelajaran berdasarkan pembelajaran (PBP) adalah model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan atau inkuiri. Peranan guru dalam PBP adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung aktivitas belajar siswa. PBP diorganisasikan di sekitar situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang persaingan pemecahan masalah, penyelidikan autentik, kerja sama, serta menghasilkan karya yang dapat diperagakan.
PBP sangat efektif digunakan untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa, membantu siswa dalam proses informasi yang dimiliki, dan membantu siswa untuk membangun pengetahuannya tentang dunia social dan dunia fisik yang ada disekitarnya. PBP tidak dirancang untuk membantu guru dalam memberikan informasi sebanyak–banyaknya kepada siswa. PBP terutama dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar siswa yang mandiri.
Model pembelajaran berdasarkan permasalahan memiliki langkah – langkah atau sintaks yang terdiri atas lima fase penting , seperti pada tabel berikut.
Fase – fase
Perlaku guru
Fase 1
Orientasi kepada masalah

Fase 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Fase 3
Membimbing penyelidikan

Fase 4
Mengembangkan dan menyajiakan hasil karya

Fase 5
Evaluasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran, menyelesaikan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dipilih.
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti : laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau proses –proses yang mereka gunakan.

4.    Metode Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum KTSP
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dijelaskan sebagai berikut.
a.    Metode Ceramah
Metode ini paling umum dijumpai di sekolah-sekolah di Indonesia, karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Selain itu metode ceramah dianggap cukup efektif untuk digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak, serta bila dituntut untuk menyelesaikan materi pelajaran dalam waktu yang singkat.
Pada metode ceramah guru memberikan penerangan secara lisan kepada sejumlah siswa, siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya, dan pada umumnya siswa bersifat pasif. Karena itu, pada umumnya metode ceramah kurang merangsang siswa untuk mengembangkan kreatifitas, mengemukakan pendapat, serta mencari dan mengolah informasi.
Untuk mengatasi kelemahan pada metode ceramah, biasanya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berpikir. Selain itu penyajian bahan ajar harus disampaikan secara sistematis menggunakan bantuan media yang dapat menarik perhatian siswa.

b.   Metode Demonstrasi
Pada metode demonstrasi diperlihatkan suatu proses kejadian atau cara kerja suatu alat kepada siswa. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri, dibantu beberapa siswa, atau dilakukan oleh sekelompok siswa. Pada pelaksanaannya metode ini tidak hanya memperlihatkan sesuatu sekedar untuk dilihat, tetapi banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan suatu masalah, memperlihatkan penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum yang diperoleh secara teoretis dan untuk memperkuat suatu pengertian. Metode ini dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga diharapkan dapat difahami secara lebih mendalam dan bertahan lama dalam pikiran siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum metode ini dilakukan di antaranya: materi yang didemonstrasikan harus diuji coba terlebih dahulu, tujuan yang ingin dicapai harus ditetapkan dengan jelas serta demonstrasi yang dilakukan harus dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa.

c.    Metode Eksperimen
Mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan percobaan di laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam semesta. Dalam proses pembelajaran dengan me-tode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan percoba-an sendiri baik secara individual maupun kelompok kecil.
Ada dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi siswa.
Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam melaksanakan tugas prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan efektif.

d.   Metode Diskusi
Metode ini sangat baik untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Dalam pelaksanaannya terjadi interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Menurut Webb (1985), metode diskusi sebagai pilihan mengajar bertujuan untuk: (1) meningkatkan interaksi antara sis-wa-siswa serta siswa-guru; (2) meningkatkan hubungan personal; dan (3) meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir, serta berbicara menyampaikan pendapat di muka umum.
Diskusi dapat dibedakan menjadi diskusi kelompok dan diskusi kelas. Biasanya diskusi terjadi dengan diawali adanya permasalahan. Permasalahan yang akan didiskusikan dapat dilontarkan guru secara lisan pada awal pembelajaran atau dalam bentuk tertulis dalam LKS. Permasalahan yang diberikan dapat sama untuk semua kelompok ataupun berbeda-beda. Hasil diskusi kelompok umumnya didiskusikan dalam diskusi kelas.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penggunaan metode diskusi, sebaiknya guru menelaah terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan diskusi, serta memilih topik-topik yang sekiranya dapat di-kembangkan melalui metode ini. Selain itu dukungan dan perhatian guru pada pelaksanaan diskusi dapat berupa menyiapkan suasana kelas untuk pelaksanaaan diskusi yang efektif serta menyiapkan dan menggunakan format penilaian dalam pelaksanaaan diskusi.

e.    Metode Proyek
Metode ini digunakan untuk menyalurkan minat siswa yang berbedabeda. Dalam pelaksanaannya sekelompok anak mendapat tugas untuk menyelesaikan proyek yang dipilihnya sendiri setelah dikonsultasikan ke gurunya. Tugas guru adalah memberi petunjuk mengenai segala sesuatu yang perlu dipelajari, dibaca, serta dicari keterangannya.
Suatu proyek harus direncanakan dengan baik meliputi langkah kerja, jadwal penggunaan waktu, dan pembagian tugas dalam kelompok. Penyelesaian suatu proyek dilakukan secara kolaboratif.
Untuk mencapai hasil yang optimal, guru dalam hal pelaksanaan metode ini selalu mengevaluasi ketercapaian dari target yang telah dijadwalkan. Pada akhir suatu periode guru harus berusaha memfasilitasi kelompok siswa untuk memamerkan hasil kerjanya kepada kelompok lain, kelas lain atau lingkungan yang lebih luas lagi.

f.     Metode Karyawisata
Lingkungan dan masyarakatnya dapat digunakan untuk area belajar siswa, jadi siswa tidak hanya belajar di dalam kelas. Melaksanakan karyawisata adalah suatu cara untuk memperluas pengalaman siswa, berupa kunjungan yang direncanakan ke suatu objek untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Suatu karyawisata akan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan apabila guru mempersiapkan sebaik-baiknya. Untuk itu guru perlu mengetahui apa yang akan dilihat siswa dan informasi apa yang akan didapat. Jika memungkinkan guru sebaiknya mengadakan survey awal ke objek karyawisata yang akan dikunjungi, untuk mendapatkan informasi seperlunya mengenai hal-hal yang dapat dimanfaatkan siswa untuk dipelajari. Setelah itu guru mengadakan perencanaan pengaturan waktu, jumlah siswa yang akan diikutsertakan, peralatan yang diperlukan, serta bentuk tugas yang diberikan ketika siswa melaksanakan karyawisata. Bentuk tugas tersebut dapat diperuntukkan bagi individual ataupun kelompok.
Hasil dari pelaksanaan karyawisata selain dilaporkan dalam bentuk karya tulis, sebaiknya dibahas dalam diskusi kelas sehingga menghasilkan suatu persepsi yang benar dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Persepsi tersebut terutama merupakan materi penunjang yang dapat memperluas wa-wasan siswa terkait dengan konten dalam materi pembelajaran.

g.    Metode Penugasan
Pembelajaran menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Belajar mandiri ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Selain ke-mandirian, metode ini juga merangsang siswa untuk belajar lebih banyak dari berbagai sumber, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, serta membi-na kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
Pemberian tugas yang dilakukan guru harus terdeskripsikan dengan jelas dan terevaluasi dengan benar. Setelah tugas dievaluasi, guru dituntut untuk memberikan timbal balik yang dapat memperbaiki pemahaman ataupun cara penyelesaian masalah yang dimiliki siswa. Apabila tugas harus diselesaikan secara berkelompok, sebaiknya guru juga mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok agar terhindar adanya siswa yang tidak turut ambil bagian dalam pelaksanaan tugas kelompok.
Dengan metode pemberian tugas, sumber belajar bagi siswa tidak hanya berasal dari guru. Selain itu sumber belajar, khususnya berupa buku pegangan seharusnya dioptimalkan penggunaannya oleh siswa untuk belajar mandiri melalui tugas belajar yang dikontrol oleh guru.


B.  Eksperimen Apa yang Dapat Dilakukan Sesuai Materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Menurut KTSP

1.    Besaran dan Satuan
Eksperimen yang dapat dilakukan berdasarkan materi ini adalah melakukan pengukuran panjang, diameter, massa,volume dan sebagainya.
2.    Gerak
Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai dengan materi gerak adalah ini adalah hukum I Newton dan hukum II Newton.
3.    Optik
Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai materi optik ini adalah melakukan eksperimen pembiasan cahaya, pemantulan cahaya, pembakaran kertas di bawah terik matahari dan sebagainya.
4.    Getaran dan Gelombang
Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai materi ini adalah melakukan eksperimen ayunan bandul, gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
5.    Kemagnetan dan Kelistrikan
Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai dengan materi ini adalah melakukan eksperimen ggl induksi, induksi elektromagnetik, listrik statis dan listrik dinamis.
6.    Tata Surya
Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai dengan materi ini adalah melakukan eksperimen perputaran planet-planet mengelilingi matahari.


C.  Apa dan Bagaimana Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Menurut Kurikulum 2013

1.    Pendekatan Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum  2013
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.




2.    Strategi Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum  2013
      Strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam setiap strategi pembelajaran.  Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi interaktif, mandiri, dan melalui pengalaman (experimental).

a.    Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan
Kelebihan strategi ini antara lain:
1)   Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan,
2)   Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.

b.   Strategi Pembelajaran Empirik (Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.

Kelebihan dari strategi ini antara lain:
1)   Meningkatkan partisipasi peserta didik, 
2)   Meningkatkan sifat kritis peserta didik,
3)   Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
c.    Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta MI belum dewasa, sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.

3.    Model Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum 2013
Berdasarkan buku pegangan guru kemendikbud 2013, Terdapat beberapa model-model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan menggunakan pendekatan ilmiah di kelas pada kurikulum 2013, antara lain seperti berikut:
a.    Model Pembelajaran Kolaborasi
Pembelajaran kolaborasi (collaboration learning) menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu mewujudkan belajar kolaboratif. Metode yang dapat diterapkan antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz.
b.   Model Pembelajaran Individual
Pembelajaran individu (individual learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio, galeri proses.
c.    Model Pembelajaran Teman Sebaya
Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain. Mengajar teman sebaya (peer learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi temannya. Metode yang dapat diterapkan antara lain: pertukaran dari kelompok ke kelompok, belajar melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan proyek, pembacaan berita, penggunaan lembar kerja, dll.
d.   Model Pembelajaran Sikap
Aktivitas belajar afektif (affective learning) membantu peserta didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain: mengamati sebuah alat bekerja atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demonstrasi, mengenal diri sendiri, posisi penasihat.

e.    Model Pembelajaran Bermain
Permainan (game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang peserta didik lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan pintu pembuka simpul-simpul kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum peserta didik akan mudah menyerap pengetahuan yang diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan keterlibatan belajar peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain: tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.
f.     Model Pembelajaran Kelompok
Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain peran.
g.    Model Pembelajaran Mandiri
Model Pembelajaran mandiri (independent learning) peserta didik belajar atas dasar kemauan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefleksikan keinginan. Teknik yang dapat diterapkan antara lain apresiasi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga cakap memperlakukan alat/bahan berdasarkan temuan sendiri atau modifikasi dan imitasi, refleksi karya, melalui kontrak belajar, maupun terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan (inquiry, discovery, recovery).



h.   Model Pembelajaran Multimodel
Pembelajaran multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal dibandingkan dengan hanya satu model. Metode yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek, modifikasi, simulasi, interaktif, elaboratif, partisipatif, magang (cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi, imitasi, eksperiensial, kolaboratif.

4.    Metode Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum 2013
Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA Fisika Sekolah Menengah menurut kurikulum 2013 yaitu dapat diuraikan sebagai berikut.

a.    Examples Non Examples
Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD
Langkah-langkah :
1)   Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)   Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3)   Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
4)   Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5)   Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6)   Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7)   Kesimpulan.



b.   Picture And Picture
Langkah-langkah :
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Menyajikan materi sebagai pengantar.
3)   Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4)   Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5)   Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6)   Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7)   Kesimpulan/rangkuman

c.    Numbered Heads Together (Kepala Bernomor, Spencer Kagan (1992)

Langkah-langkah :
1)   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2)   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3)   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4)   Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5)   Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6)   Kesimpulan



d.   Cooperative Script (Dansereau Cs., 1985)
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1)   Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2)   Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3)   Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)   Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
· Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
· Membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
· Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
· Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru.
· Penutup

e.    Kepala Bernomor Struktur  (Modifikasi Dari Number Heads)
Langkah-langkah :
1)   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2)   Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3)   Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4)   Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5)   Kesimpulan

f.     Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)

Langkah-langkah :
1)   Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
2)   Guru menyajikan pelajaran.
3)   Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4)   Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5)   Memberi evaluasi.
6)   Kesimpulan

g.    Jigsaw (Model Tim Ahli) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
1)   Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim.
2)   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3)   Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4)   Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5)   Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6)   Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7)   Guru memberi evaluasi.
8)   Penutup

h.   Problem Based Introduction (PBI) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
1)   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2)   Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.).
3)   Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4)   Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5)   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.




i.      ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1)   Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2)   Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3)   Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4)   Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5)   Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6)   Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7)   Kesimpulan/penutup

j.     Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
1)   Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)   Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3)   Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4)   Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5)   Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6)   Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

D.  Eksperimen Apa yang Dapat Dilakukan Sesuai Materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Menurut Kurikulum 2013

Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut kurikulum 2013 diantaranya yaitu:

1.    Pengukuran
Pada materi pengukuran atau besaran dan satuan, eksperimen yang dapat dilakukan adalah pengukuran panjang, massa, volume dan sebagainya.
2.    Perubahan Wujud Zat
Eksperimen yang dilakukan pada materi ini adalah api dari es (fire from ice).
3.    Gerak
Pada materi gerak, eksperimen yang dapat dilakukan adalah hukum-hukum Newton.
4.    Optik
Eksperimen yang dapat dilakukan pada materi optik adalah pembiasan cahaya, pemantulan cahaya dan sebagainya.
5.    Getaran dan Gelombang
Eksperimen yang dapat dilakukan pada materi getaran dan gelombang adalah gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
6.    Kemagnetan dan Kelistrikan
Eksperimen yang dapat dilakukan pada materi kemagnetan adalah ggl induksi, listrik statis, listrik dinamis dan sebagainya.
7.    Tata Surya
Eksperimen yang dapat dilakukan sesuai dengan materi ini adalah melakukan eksperimen perputaran planet-planet mengelilingi matahari.

BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pendekatan pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut kurikulum  KTSP yaitu pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan nilai, pendekatan pemecahan masalah, penemuan, inkuiri, keterampilan proses, sejarah, deduktif/induktif, belajar tuntas, modul,pendekatan dengan komputer.
Strategi pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum  KTSP yaitu strategi pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Model pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut KTSP yaitu.model pembelajaran langsung (Direct instruction), model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berdasarkan permasalahan.
Metode pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut KTSP yaitu metode ceramah, demonstrasi, eksperimen, diskusi, proyek, karyawisata dan metode penugasan.
Pendekatan pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum  2013 yaitu pendekatan ilmiah. Strategi pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum  2013 yaitu strategi pembelajaran interaktif, empirikdan mandiri. Model pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum  2013 yaitu model pembelajaran kolaborasi, individual, teman sebaya, sikap,bermain, kelompok, mandiri dan multimodel. Metode pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum  2013 yaitu examples non examples, picture and picture, Numbered Heads Together Kepala Bernomor Spencer Kagan (1992), Cooperative Script (Dansereau Cs., 1985), Kepala Bernomor Struktur  (Modifikasi Dari Number Heads), Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995), Jigsaw (Model Tim Ahli) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978), Problem Based Introduction (PBI) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah), artikulasi dan mind mapping.
Adapun eksperimen yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/Fisika sekolah menengah menurut KTSP dan kurikulum 2013 yaitu pengukuran, perubahan wujud zat, gerak, optik, getaran dan gelombang, kemagnetan dan kelistrikan, tata surya.


B.  Saran
Saran yang dapat kami ajukan adalah agar dalam pembelajaran IPA/Fisika sekolah menengah menggunakan pendekatan, strategi, model dan metode yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.





















DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2013. Model-model Pembelajaran menurut Kurikulum 2013. http://blog at WordPress.com diakses pada hari Sabtu 7 Maret 2015 pukul 19.40 WITA.

Rafsanjani. 2013. Karateristik Bahan Ajar IPA Fisika dalam KTSP. (http:// blog.uad.ac.id/sitinuraini/files/2011/12/PEMBLJR.pd.di akses pada hari sabtu 7 Maret 2015 pukul 20.22 WITA.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar