BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
atau Kurikulum 2006 adalah
sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi
(SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan
menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih
6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya di tahun 2013 dengan
menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Di tahun 2014, Kurikulum
2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII
dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan
di seluruh jenjang pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian,
yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di
dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi
yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
KTSP
dan kurikulum 2013 memiliki beberapa perbedaan dalam pembelajaran IPA/Fisika
diantaranya perbedaan dari segi pendekatan, strategi, model dan metode
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang ada pada makalah ini yaitu:
1.
Apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi,
Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut
KTSP ?
2.
Eksperimen apa yang dapat dilakukan
sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP ?
3.
Apa dan bagaimana Pendekatan, Strategi,
Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut
Kurikulum 2013?
4.
Eksperimen apa yang dapat dilakukan
sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut Kurikulum
2013?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui Pendekatan, Strategi,
Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut
KTSP ?
2.
Untuk mengetahui eksperimen apa yang
dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
menurut KTSP ?
3.
Untuk mengetahui apa dan bagaimana
Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah
(SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013?
4.
Untuk mengetahui eksperimen apa yang
dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
menurut Kurikulum 2013?
D. Manfaat
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Dapat mengetahui apa dan bagaimana
Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah
(SMP dan SMA) menurut KTSP.
2.
Dapat mengetahui eksperimen apa yang
dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) menurut
KTSP.
3.
Dapat mengetahui apa dan bagaimana
Pendekatan, Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah
(SMP dan SMA) menurut Kurikulum 2013.
4.
Dapat mengetahui eksperimen apa yang
dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
menurut Kurikulum 2013.
BAB II
KERANGKA
BERPIKIR DALAM PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan
dalam penyusunan makalah ini yaitu metode literatur atau kajian pustaka dan
internet.
B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan
Ruang
lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan pendekatan, strategi,
model dan metode pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah menurut KTSP dan
kurikulum 2013. Dengan membahas beberapa sub pokok bagian yaitu apa dan
bagaimana pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran IPA/ Fisika (SMP
dan SMA) menurut KTSP, eksperimen apa yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/
Fisika sekolah menengah (SMP dan SMA) menurut KTSP, apa dan bagaimana
pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran IPA/ Fisika sekolah
menengah (SMP dan SMA) menurut kurikulum 2013, eksperimen apa yang dapat
dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika sekolah menengah (SMP dan SMA) menurut
kurikulum 2013.
C. Sumber Data dan Informasi
Adapun sumber data dan informasi
dalam penyusunan makalah ini yaitu buku-buku referensi dan internet terkait
dengan judul makalah.
D. Teknik Pengumpulan dan Penyajian
Data dan Informasi
Dalam penyusunan makalah ini hanya
berpatokan pada buku-buku referensi dan internet serta untuk penyajian data dan
informasi dibuat dalam bentuk makalah dan PPT serta didiskusikan.
E. Peta
Konsep
BAB
III
KAJIAN
DAN PEMBAHASAN
A. Apa dan Bagaimana Pendekatan,
Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
Menurut KTSP
1.
Pendekatan
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum KTSP
Pendekatan
(approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan
agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Ada beberapa macam pendekatan
pembelajaran IPA yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain:
a.
Pendekatan Lingkungan
Pendekatan
lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Kelemahan
dan Kelebihan Pendekatan Lingkungan
Dalam penggunaan pendekatan lingkungan terdapat
beberapa kelebihan diantaranya adalah :
1) Penggunaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna
(meaningfull learning) sebab anak di-hadapkan dengan keadaan dan situasi yang
sebenarnya.
2) Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai
atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
3) Penggunaan
lingkungan dapat menarik bagi anak, kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih
menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat
beragam dan banyak pilihan.
Dalam penggunaan pendekatan lingkungan terdapat
beberapa kelemahan diantaranya adalah :
1) Kegiatan
belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan ketika siswa diajak ke
tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang di harapkan sehingga
terkesan main-main.
2) Ada
kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memperlukan
waktu yag lebih lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.
b.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta
didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan
konsep (miskonsepsi). Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Kelemahan
dan Kelebihan Pendekatan Konsep
Dalam penggunaan pendekatan konsep terdapat beberapa
kelebihan diantaranya adalah :
1) Fokus
pada penguasaan konsep dan subkonsep
2) Siswa
dibimbing untuk memahami konsep dengan beberapa metode
Dalam penggunaan pendekatan konsep terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah :
1) Pendekatan
ini kurang memperhatikan aspek student centre.
2) Guru
terlalu dominan dan siswa tidak dibimbing untuk memahami konsep.
c.
Pendekatan nilai
Dengan menggunakan
pendekatan ini dapat dikembangkan berbagai nilai seperti nilai moral, nilai
estetika (keindahan), dan sebagainya yang terkandung dalam mata pelajaran
seperti pendidikan agama, kewarganegaraan, kesenian dll.
Kelebihan
dan kekurangan dari pendekatan nilai
Dalam penggunaan pendekatan nilai terdapat beberapa
kelebihan diantaranya :
1) menjadi
umpan balik yang dapat digunakan guru untuk mengevaluasi program pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
2) Dapat
membantu guru dalam pengambilan keputusan tentang perlu atau tidaknya penyajian
ulang topik atau materi tertentu.
3) Hasil
penilaian dapat membantu pengajar untuk merancang program remidi.
4) Patokan
dapat dipakai untuk semua golongan kelompok siswa yang memperoleh pengajaran
yang sama.
Dalam penggunaan pendekatan nilai terdapat beberapa
kelemahan diantaranya :
Karena standar penilaian
telah ditentukan sebelumnya, maka siswa yang memiliki nilai tinggi seolah –
olah mencerminkan prestasinya dalam belajar, skaligus penguasaannya terhadap
pelajaran. Padahal pada sebenarnya untuk dikatakan menguasai atau tidaknya
peserta didik terhadap materi tidak hanya ditentukan dari nilai yang
berdasarkan KKM saja, melainkan juga dari faktor yang lainnya.
Penetapan standar atau
patokan nilai di masing – masing satuan pendidikan akan berbeda–beda. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor di atas, seperti minimnya sarana dalam
pembelajaran, minimnya sumber belajar hingga terbatasnya tenaga pendidik. Jika
standar penilaian disamakan antara satu sekolah dengan sekolah lain, maka hal
tersebut belum mencerminkan penguasaan materi oleh siswa dan prestasi siswa
sendiri.
d.
Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah
berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Dalam pendekatan pemecahan masalah ini ada dua versi. Versi yang pertama siswa
dapat saja menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan
data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke
pemecahan masalah. Dalam versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa
yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan
bahan dan membantu memberi pentunjuk.
Kelemahan
dan Kelebihan Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam penggunaan pendekatan pemechan masalah
terdapat beberapa kelebihan antara lain :
1) Berpikir
dan bertindak kreatif
2) Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis
3) Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan
4) Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan
5) Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat
Dalam penggunaan pendekatan konsep
terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah :
1) Beberapa
pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta
akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2) Memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
e.
Pendekatan Penemuan
Metode pembelajaran discovery
(penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Kelemahan dan
Kelebihan Pendekatan Penemuan
Dalam penggunaan pendekatan Penemuan terdapat
beberapa kelebihan antara lain:
1) pengetahuan
bertahan lama dan mudah diingat;
2) hasil
belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil
lainnya;
3) secara
menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berpikir bebas.
Dalam penggunaan pendekatan
penemuan terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah membutuhkan waktu
belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara
singkat.
f.
Pendekatan inkuiri
Menurut Piaget, inkuiri merupakan
pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri,
serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
Kelemahan dan
Kelebihan Pendekatan Inkuiri
Dalam penggunaan pendekatan inkuiri terdapat
beberapa kelebihan antara lain:
1) Siswa
akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2) Membantu
dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses
belajar yang baru.
3) Sisawa
ikut berpartisispasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode
inkuiri menekankan pada proses pengolahan infpormasi pada peserta didik
4) Metode
ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulakan semangat ingin tahu para siswa.
Dalam penggunaan pendekatan inkuiri terdapat beberapa kelemahan antara lain:
1) Sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merancang
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang telah ditentukan.
g.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Keunggulan dan kelemahan pendekatan keterampilan proses
Dalam penggunaan pendekatan keterampilan terdapat
beberapa kelebihan antara lain:
1)
Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
2)
siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
3)
melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajaran,
4)
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Dalam penggunaan pendekatan keterampilan terdapat
beberapa kelemahan antara lain:
1)
Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan
pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum,
2)
memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya.
h.
Pendekatan Sejarah
Pendekatan ini
bertujuan untuk menunjukan kepada siswa bahwa ilmu pengetahuan terus-menerus
berkembang berkat ketekunan dan kerja keras para ilmuwan. Pendekatan ini
berguna dalam mendorong agar siswa bersikap ilmiah, tekun dan ulet dalam
belajar.
Kelebihan dan
Kelemahan pendekatan Sejarah
Dalam penggunaan pendekatan sejarah terdapat beberapa
kelebihan antara lain:
1) Dapat
mengetahui benda aslinya
2) Siswa
lebih mudah mengapresiasi dan menilai suatu karya sejarah.
3) Memudahkan
siswa untuk mensimulasi sendiri suatu peristiwa sejarah melalui peninggalan sejarah
Dalam penggunaan pendekatan sejarah terdapat beberapa
kelemahan antara lain:
1) Tidak
bisa dibawa kedalam kelas untuk dipamerkan kepada siswa
2) Membutuhkan
biaya untuk bisa melihatnya
3) Tidak
mampu mewakili suatu peristiwa sejarah secara keseluruhan
4) Keutuhan
dan keasliannya tergantung perawatan
i.
Pendekatan Deduktif/induktif
Pendekatan Deduktif
Pendekatan
deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika
untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan
induktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
1) Kelebihan
dari pendekatan induktif antara lain :
a) Memberikan kesempatan pada
siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan
diingat dengan lebih baik.
b) Murid memahami sifat atau
rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian
dapat segera diatasi sejak masih awal.
c) Dapat
meningkatkan semangat belajar siswa.
2) Kelemahan
dari pendekatan induktif antara lain :
a) Memerlukan
banyak waktu.
b) Kadang-kadang
hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
c) Sifat
dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk memahaminya.
d) Secara
matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif
masih belum menjamin berlaku umum.
Pendekatan
Induktif
Berbeda dengan pendekatan
deduktif yang menyimpulkan permasalahan
dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif
approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus..
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan
deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
1) Kelebihan
pendekatan deduktif antara lain:
a) Tidak
memerlukan banyak waktu.
b) Sifat
dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau
masalah yang konkrit.
2) Kelemahan
pendekatan deduktif antara lain:
a) Siswa
sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran. Hal ini
disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
b) Siswa
sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa menerima
konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
c) Siswa
cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karna disini
siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada kesempatan
menemukan sendiri konsep tersebut.
j.
Pendekatan Belajar Tuntas
Pendekatan pembelajaran tuntas
adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi
peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi
tertentu..
Kebaikan dan Kelemahan Belajar Tuntas
Kebaikan Belajar
Tuntas
:
1) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar
modern yang berpegang pada prinsif perbedaan
individual, belajar kelompok.
2) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif
sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan
dan bekerja sendiri.
3) Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama
secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam
proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
Kelemahan Belajar
Tuntas :
1) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat
perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester,
disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh.
2) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan
berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.
3) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan
mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit
dan masih baru.
k.
Pendekatan Modul
Modul pembelajaran adalah
bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi,
metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).
Kebaikan
dan Kelemahan Belajar Tuntas
Kebaikan dari pendekatan modul :
Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa
mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan
kemampuannya.
Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui
benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan
kemampuannya.
Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang
semester.
Kelemahan dari pendekatan modul :
Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik.
Selama proses belajar perlu diadakan beberapa
ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin
memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan
waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri
l. Pendekatan Dengan Komputer
Pembelajaran berbasis komputer
adalah pembelajaran yang menggunakan komputer sebagai alat bantu (Wena,
2011:203). Melalui pembelajaran ini bahan ajar disajikan melalui media komputer
sehingga kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menantang
bagi siswa.
Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Komputer
Pembelajaran berbasis komputer mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu:
1) Menyediakan
presentasi yang menarik dengan animasi
2) Menyediakan
pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam
3) Mampu
membangkitkan motivasi siswa dalam belajar
4) Mampu
mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik
Selain itu, pembelajaran berbasis komputer memiliki
beberapa kelemaha antara lain:
1) Hanya
efektif jika digunakan satu orang atau kelompok kecil. Kelemahan ini sudah
diatasi karena saat ini pengadaan komputer sangat mudah.
2) Jika
tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya
merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran melalui media
komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa (siswa cepat
bosan).
3) Guru
yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang
pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli program
komputer grafis, juru kamera dan teknisi komputer.
2.
Strategi
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut KTSP
a.
Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi pembelajaran langsung
merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif
untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap.
Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah
untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan
untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar
peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi
pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang
lain.
b.
Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi pembelajaran tak langsung
sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak
langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut
dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi
fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan
dari strategi ini antara lain:
1) Mendorong ketertarikan dan
keingintahuan peserta didik,
2) Menciptakan alternatif dan
menyelesaikan masalah,
3) Mendorong kreativitas dan pengembangan
keterampilan interpersonal dan kemampuanyang lain,
4) Pemahaman yang lebih baik,
5) Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan
kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit
diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik
perlu mengingat materi dengan cepat.
3.
Model
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut KTSP
Penggunaan model–model pembelajaran
dalam kelas bersifat relative, tak ada satu model pembelajaran tertentu yang
efektif untuk mengajarkan semua materi pembelajaran IPA / Fisika. Keragaman
materi dan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa setelah pembelajaran
menyebabkan adanya perbedaan pola/strategi yang digunakan untuk mencapainya.
Berikut ini akan dibahas beberapa model pembelajaran yang sering digunakan
dalam pembelajaran IPA / Fisika.
a.
Model
pembelajaran langsung (Direct instruction)
Pembelajaran langsung merupakan
suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center. Dalam
menerapkan model pembelajaran langsung, harus mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi
langkah. Hal ini dimaksudkan karena dalam pembelajaran peran guru sangat
dominan, dan dituntut untuk dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa.
Model pembelajaran langsung
dirancang secara khusus untuk mengembangkan kemampuan belajar siswa dalam
memperoleh pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan
procedural adalah pengetahuan tentang prosedur / langkah – langkah dalam
melakukan sesuatu, seperti : prosedur penggunaan jangka sorong, micrometer,
neraca ohauss, ampere meter, dan lain–lain. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata–kata, seperti:
teori atom, susunan dan nama–nama planet yang masuk dalam tata surya kita.
Jadi, pada prisipnya pengetahuan yang dapat diajarakan dengan menggunakan model
pembelajaran langsung adalah pengetahuan yang telah ditata dengan baik sehingga
mempunyai struktur yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung mempunyai
langkah–langkah atau sintaks yang terdiri atas lima fase penting, seperti pada
tabel berikut:
Fase
– Fase
|
Perilaku
Guru
|
Fase
1
Menyampaikan
dan mempersiapkan siswa.
Fase
2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
Fase
3
Membimbing
pelatihan
Fase
4
Mengecek
pemahaman siswa dan memberi umpan balik
Fase
5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Menyampaikan
tujuan, informasi latar belakang pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Merencanakan
dan memberi bimbingan tahap awal.
Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik memberi umpan balik.
Mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan pelatihan khusus pada
penerapan ke situasi yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari.
|
Dalam pembelajaran langsung, tujuan
pembelajaran dapat dirumuskan oleh guru bersama dengan siswa, tetapi harus
disadari bahwa pembelajaran langsung tetap berpusat pada guru. System
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dapat memberi jaminan
akan keterlibatan siswa, terutama melalui aktivitas; memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Hal ini tidak berarti
bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, da tanpa humor. Dengan demikian,
lingkungan pembelajaran berorientasi kepada tugas dan memberi harapan yang
tinggi akan tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
b.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok–kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok
setiap anggota saling membantu dan bekerjasama untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Dalam kelompoknya, siswa harus : beranggapan kelompoknya seperti
miliknya sendiri, bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya
seperti miliknya sendiri, memandang semua anggota kelompok mempunyai tujuan
yang sama, membagi tugas dan tanggungjawab yang sama dianggota kelompok, akan
dievaluasi atau diberi hadiah/penghargaan, berbagi kepemimpinan dan butuh
keterampilan untuk belajar bekerjasama selama proses belajar berlangsung, dan
akan diminta pertanggungjawaban secara individu tetang materi yang ditangani
dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik dan juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Para pengembang model pembelajaran
kooperatif telah menunjukkan bahwa model srtuktur penghargaan kooperatif telah
dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma
yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang
bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas – tugas akademik.
Tujuan penting lain yang dapat
dicapai melalui pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa
mengenai keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting
dimiliki oleh siswa untuk terjun ke masyarakat, karena banyak kerja orang
dewasa yang dilakukan dalam bentuk tim atau organisasi yang saling bergantung
satu sama lain.
Model pembelajaran kooperatif
memilki langkah – langkah atau sintaks yang terdiri atas enam fase penting,
seperti pada tabel
berikut :
Fase
– fase
|
Perilaku
guru
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan motivasi siswa
Fase
2
Menyajikan
informasi
Fase
3
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok – kelompok belajar
Fase
4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Fase
5
Evaluasi
Fase
6
Memberikan
penghargaan
|
Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Menyajikan
informasi kepada siswa melalui demonstrasi atau bahan bacaan.
Menjelaskan
kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing
kelompok – kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Mengevaluasi
hasil belajar sesuai dengan materi pembelajaran atau masing – masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Mancari
cara – cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
c.
Model
Pembelajaran Berdasarkan Permasalahan
Pembelajaran berdasarkan
pembelajaran (PBP) adalah model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan atau inkuiri. Peranan guru dalam PBP
adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa, serta
mendukung aktivitas belajar siswa. PBP diorganisasikan di sekitar situasi
kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan mengundang persaingan
pemecahan masalah, penyelidikan autentik, kerja sama, serta menghasilkan karya
yang dapat diperagakan.
PBP sangat efektif digunakan untuk
mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa, membantu siswa dalam
proses informasi yang dimiliki, dan membantu siswa untuk membangun
pengetahuannya tentang dunia social dan dunia fisik yang ada disekitarnya. PBP
tidak dirancang untuk membantu guru dalam memberikan informasi sebanyak–banyaknya
kepada siswa. PBP terutama dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan
menjadi pembelajar siswa yang mandiri.
Model pembelajaran berdasarkan
permasalahan memiliki langkah – langkah atau sintaks yang terdiri atas lima fase
penting , seperti pada tabel
berikut.
Fase
– fase
|
Perlaku
guru
|
Fase
1
Orientasi
kepada masalah
Fase
2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Fase
3
Membimbing
penyelidikan
Fase
4
Mengembangkan
dan menyajiakan hasil karya
Fase
5
Evaluasi
|
Menyampaikan
tujuan pembelajaran, menyelesaikan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
Membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah yang dipilih.
Mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti : laporan,
video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau proses –proses yang mereka gunakan.
|
4.
Metode
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum KTSP
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA dijelaskan sebagai berikut.
a. Metode Ceramah
Metode ini
paling umum dijumpai di sekolah-sekolah di Indonesia, karena mudah dilaksanakan
dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan
siswa. Selain itu metode ceramah dianggap cukup efektif untuk digunakan pada
kelas yang jumlah siswanya banyak, serta bila dituntut untuk menyelesaikan
materi pelajaran dalam waktu yang singkat.
Pada metode
ceramah guru memberikan penerangan secara lisan kepada sejumlah siswa, siswa
mendengarkan dan mencatat seperlunya, dan pada umumnya siswa bersifat pasif.
Karena itu, pada umumnya metode ceramah kurang merangsang siswa untuk
mengembangkan kreatifitas, mengemukakan pendapat, serta mencari dan mengolah
informasi.
Untuk
mengatasi kelemahan pada metode ceramah, biasanya guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa berpikir. Selain itu penyajian bahan
ajar harus disampaikan secara sistematis menggunakan bantuan media yang dapat
menarik perhatian siswa.
b. Metode Demonstrasi
Pada metode
demonstrasi diperlihatkan suatu proses kejadian atau cara kerja suatu alat
kepada siswa. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri, dibantu
beberapa siswa, atau dilakukan oleh sekelompok siswa. Pada pelaksanaannya
metode ini tidak hanya memperlihatkan sesuatu sekedar untuk dilihat, tetapi
banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan suatu
masalah, memperlihatkan penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum
yang diperoleh secara teoretis dan untuk memperkuat suatu pengertian. Metode
ini dapat membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, sehingga
diharapkan dapat difahami secara lebih mendalam dan bertahan lama dalam pikiran
siswa.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan sebelum metode ini dilakukan di antaranya: materi
yang didemonstrasikan harus diuji coba terlebih dahulu, tujuan yang ingin dicapai harus ditetapkan dengan
jelas serta demonstrasi yang dilakukan harus dapat dilihat dengan jelas oleh
semua siswa.
c. Metode Eksperimen
Mempelajari
IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan percobaan di
laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi
dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam
semesta. Dalam proses pembelajaran dengan me-tode ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami atau melakukan percoba-an sendiri baik secara individual maupun
kelompok kecil.
Ada dua
istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini,
yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih
cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau
mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan
untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains
tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam
pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi
siswa.
Dalam
menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar
kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam melaksanakan tugas
prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang
petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak
ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang
ilmiah dan efektif.
d. Metode Diskusi
Metode ini
sangat baik untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Dalam
pelaksanaannya terjadi interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.
Menurut Webb (1985), metode diskusi sebagai pilihan mengajar bertujuan untuk:
(1) meningkatkan interaksi antara sis-wa-siswa serta siswa-guru; (2)
meningkatkan hubungan personal; dan (3) meningkatkan keterampilan siswa dalam
berpikir, serta berbicara menyampaikan pendapat di muka umum.
Diskusi
dapat dibedakan menjadi diskusi kelompok dan diskusi kelas. Biasanya diskusi
terjadi dengan diawali adanya permasalahan. Permasalahan yang akan didiskusikan
dapat dilontarkan guru secara lisan pada awal pembelajaran atau dalam bentuk
tertulis dalam LKS. Permasalahan yang diberikan dapat sama untuk semua kelompok
ataupun berbeda-beda. Hasil diskusi kelompok umumnya didiskusikan dalam diskusi
kelas.
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam penggunaan metode diskusi, sebaiknya guru
menelaah terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan diskusi,
serta memilih topik-topik yang sekiranya dapat di-kembangkan melalui metode
ini. Selain itu dukungan dan perhatian guru pada pelaksanaan diskusi dapat
berupa menyiapkan suasana kelas untuk pelaksanaaan diskusi yang efektif serta
menyiapkan dan menggunakan format penilaian dalam pelaksanaaan diskusi.
e. Metode Proyek
Metode ini
digunakan untuk menyalurkan minat siswa yang berbedabeda. Dalam pelaksanaannya
sekelompok anak mendapat tugas untuk menyelesaikan proyek yang dipilihnya
sendiri setelah dikonsultasikan ke gurunya. Tugas guru adalah memberi petunjuk
mengenai segala sesuatu yang perlu dipelajari, dibaca, serta dicari
keterangannya.
Suatu
proyek harus direncanakan dengan baik meliputi langkah kerja, jadwal penggunaan
waktu, dan pembagian tugas dalam kelompok. Penyelesaian suatu proyek dilakukan
secara kolaboratif.
Untuk
mencapai hasil yang optimal, guru dalam hal pelaksanaan metode ini selalu
mengevaluasi ketercapaian dari target yang telah dijadwalkan. Pada akhir suatu
periode guru harus berusaha memfasilitasi kelompok siswa untuk memamerkan hasil
kerjanya kepada kelompok lain, kelas lain atau lingkungan yang lebih luas lagi.
f. Metode Karyawisata
Lingkungan
dan masyarakatnya dapat digunakan untuk area belajar siswa, jadi siswa tidak
hanya belajar di dalam kelas. Melaksanakan karyawisata adalah suatu cara untuk
memperluas pengalaman siswa, berupa kunjungan yang direncanakan ke suatu objek
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Suatu
karyawisata akan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan apabila guru
mempersiapkan sebaik-baiknya. Untuk itu guru perlu mengetahui apa yang akan
dilihat siswa dan informasi apa yang akan didapat. Jika memungkinkan guru
sebaiknya mengadakan survey awal ke objek karyawisata yang akan
dikunjungi, untuk mendapatkan informasi seperlunya mengenai hal-hal yang dapat
dimanfaatkan siswa untuk dipelajari. Setelah itu guru mengadakan perencanaan
pengaturan waktu, jumlah siswa yang akan diikutsertakan, peralatan yang
diperlukan, serta bentuk tugas yang diberikan ketika siswa melaksanakan
karyawisata. Bentuk tugas tersebut dapat diperuntukkan bagi individual ataupun
kelompok.
Hasil dari
pelaksanaan karyawisata selain dilaporkan dalam bentuk karya tulis, sebaiknya
dibahas dalam diskusi kelas sehingga menghasilkan suatu persepsi yang benar
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Persepsi tersebut terutama
merupakan materi penunjang yang dapat memperluas wa-wasan siswa terkait dengan
konten dalam materi pembelajaran.
g. Metode Penugasan
Pembelajaran
menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Belajar mandiri ini dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok. Selain ke-mandirian, metode ini juga
merangsang siswa untuk belajar lebih banyak dari berbagai sumber, membina
disiplin dan tanggung jawab siswa, serta membi-na kebiasaan mencari dan
mengolah sendiri informasi.
Pemberian
tugas yang dilakukan guru harus terdeskripsikan dengan jelas dan terevaluasi
dengan benar. Setelah tugas dievaluasi, guru dituntut untuk memberikan timbal
balik yang dapat memperbaiki pemahaman ataupun cara penyelesaian masalah yang
dimiliki siswa. Apabila tugas harus diselesaikan secara berkelompok, sebaiknya
guru juga mendeskripsikan tugas untuk anggota kelompok agar terhindar adanya
siswa yang tidak turut ambil bagian dalam pelaksanaan tugas kelompok.
Dengan
metode pemberian tugas, sumber belajar bagi siswa tidak hanya berasal dari
guru. Selain itu sumber belajar, khususnya berupa buku pegangan seharusnya
dioptimalkan penggunaannya oleh siswa untuk belajar mandiri melalui tugas
belajar yang dikontrol oleh guru.
B. Eksperimen Apa yang Dapat Dilakukan
Sesuai Materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Menurut KTSP
1.
Besaran
dan Satuan
Eksperimen
yang dapat dilakukan berdasarkan materi ini adalah melakukan pengukuran
panjang, diameter, massa,volume dan sebagainya.
2.
Gerak
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai dengan materi gerak adalah ini adalah hukum I
Newton dan hukum II Newton.
3.
Optik
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai materi optik ini adalah melakukan eksperimen
pembiasan cahaya, pemantulan cahaya, pembakaran kertas di bawah terik matahari
dan sebagainya.
4.
Getaran
dan Gelombang
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai materi ini adalah melakukan eksperimen ayunan
bandul, gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
5.
Kemagnetan
dan Kelistrikan
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai dengan materi ini adalah melakukan eksperimen ggl
induksi, induksi elektromagnetik, listrik statis dan listrik dinamis.
6.
Tata
Surya
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai dengan materi ini adalah melakukan eksperimen perputaran
planet-planet mengelilingi matahari.
C. Apa dan Bagaimana Pendekatan,
Strategi, Model, Metode Pembelajaran IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
Menurut Kurikulum 2013
1.
Pendekatan
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum 2013
Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan
secara prosedural.
Pembelajaran
berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran
tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen
setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.
2.
Strategi
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum 2013
Strategi pembelajaran adalah
pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan segi-segi yang sejenis yang
terdapat dalam setiap strategi pembelajaran. Strategi dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: strategi interaktif, mandiri, dan melalui
pengalaman (experimental).
a.
Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan
pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi
kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara
alternatif untuk berfikir dan merasakan
Kelebihan
strategi ini antara lain:
1) Peserta didik dapat belajar dari temannya
dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan,
2) Mengorganisasikan pemikiran dan
membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif
memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan
dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan
mengembangkan dinamika kelompok.
b.
Strategi Pembelajaran Empirik
(Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi
pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan
pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang
efektif.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
1) Meningkatkan partisipasi peserta
didik,
2) Meningkatkan sifat kritis peserta
didik,
3) Meningkatkan analisis peserta didik,
dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi
ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya
yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
c.
Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian,
dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh
peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan
teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. Kelebihan dari pembelajaran ini
adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya
adalah peserta MI belum dewasa, sehingga sulit menggunakan pembelajaran
mandiri.
3.
Model
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum 2013
Berdasarkan
buku pegangan guru kemendikbud 2013, Terdapat beberapa model-model pembelajaran
yang dapat membuat peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan
pengajaran keterampilan menggunakan pendekatan ilmiah di kelas pada kurikulum
2013, antara lain seperti berikut:
a. Model
Pembelajaran Kolaborasi
Pembelajaran
kolaborasi (collaboration learning) menempatkan peserta didik dalam kelompok
kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan kelompok. Dukungan sejawat, keragaman pandangan,
pengetahuan dan keahlian sangat membantu mewujudkan belajar kolaboratif. Metode
yang dapat diterapkan antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir,
turnamen, tim quiz.
b. Model
Pembelajaran Individual
Pembelajaran
individu (individual learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik
secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain tugas mandiri,
penilaian diri, portofolio, galeri proses.
c. Model
Pembelajaran Teman Sebaya
Beberapa
ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila
seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain. Mengajar
teman sebaya (peer learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik. Pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber
bagi temannya. Metode yang dapat diterapkan antara lain: pertukaran dari
kelompok ke kelompok, belajar melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan
proyek, pembacaan berita, penggunaan lembar kerja, dll.
d.
Model Pembelajaran Sikap
Aktivitas belajar afektif (affective learning) membantu
peserta didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang
dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk menumbuhkan kesadaran
akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara
lain: mengamati sebuah alat bekerja atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan
teman, demonstrasi, mengenal diri sendiri, posisi penasihat.
e.
Model Pembelajaran Bermain
Permainan
(game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang peserta didik
lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan pintu pembuka simpul-simpul
kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum peserta didik akan mudah
menyerap pengetahuan yang diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan
keterlibatan belajar peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain:
tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung
lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.
f. Model
Pembelajaran Kelompok
Model
pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering digunakan pada setiap
kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika
metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode
yang dapat diterapkan antara lain proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain
peran.
g.
Model Pembelajaran Mandiri
Model
Pembelajaran mandiri (independent learning) peserta didik belajar atas dasar
kemauan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan
memfokuskan dan merefleksikan keinginan. Teknik yang dapat diterapkan antara
lain apresiasi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau
imajinasi, hingga cakap memperlakukan alat/bahan berdasarkan
temuan sendiri atau modifikasi dan imitasi, refleksi karya, melalui
kontrak belajar, maupun terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan
(inquiry, discovery, recovery).
h.
Model Pembelajaran Multimodel
Pembelajaran
multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal
dibandingkan dengan hanya satu model. Metode yang dikembangkan dalam
pembelajaran ini adalah proyek, modifikasi, simulasi, interaktif, elaboratif,
partisipatif, magang (cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi,
imitasi, eksperiensial, kolaboratif.
4.
Metode
Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah Menurut Kurikulum 2013
Metode yang digunakan dalam
pembelajaran IPA Fisika Sekolah Menengah menurut kurikulum 2013 yaitu dapat
diuraikan sebagai berikut.
a.
Examples
Non Examples
Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD
Langkah-langkah :
Langkah-langkah :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui OHP.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan
hasil diskusinya.
6) Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan.
b.
Picture
And Picture
Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran
urutan gambar tersebut.
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut
guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
7) Kesimpulan/rangkuman
c.
Numbered
Heads Together (Kepala Bernomor, Spencer Kagan (1992)
Langkah-langkah :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2) Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6) Kesimpulan
d.
Cooperative
Script (Dansereau Cs., 1985)
Skrip
kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana/materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
Sementara pendengar :
· Menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap.
· Membantu mengingat/ menghafal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi
lainnya.
· Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti
diatas.
· Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan
Guru.
· Penutup
e.
Kepala
Bernomor Struktur (Modifikasi Dari Number Heads)
Langkah-langkah :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2) Penugasan diberikan kepada setiap
siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu bertugas
mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya.
3) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja
sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka.
4) Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain.
5) Kesimpulan
f.
Student
Teams-Achievement Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
1) Membentuk kelompok yang anggotanya =
4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Kesimpulan
g.
Jigsaw
(Model Tim Ahli) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah
:
1) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4
anggota tim.
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang berbeda.
3) Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan.
4) Anggota dari tim yang berbeda yang
telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim
ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi.
7) Guru memberi evaluasi.
8) Penutup
h.
Problem
Based Introduction (PBI) (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
Langkah-langkah :
1) Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.).
3) Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam
merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka
berbagi tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
i.
ARTIKULASI
Langkah-langkah :
Langkah-langkah :
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3) Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4) Suruhlah seorang dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya.
5) Suruh siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7) Kesimpulan/penutup
j.
Mind
Mapping
Sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2) Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban.
3) Membentuk kelompok yang anggotanya
2-3 orang.
4) Tiap kelompok
menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5) Tiap kelompok (atau diacak kelompok
tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan
sesuai kebutuhan guru.
6) Dari data-data di papan siswa
diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang
disediakan guru
D. Eksperimen Apa yang Dapat Dilakukan
Sesuai Materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Menurut Kurikulum 2013
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai materi IPA/ Fisika Sekolah Menengah (SMP dan SMA)
menurut kurikulum 2013 diantaranya yaitu:
1.
Pengukuran
Pada
materi pengukuran atau besaran dan satuan, eksperimen yang dapat dilakukan
adalah pengukuran panjang, massa, volume dan sebagainya.
2.
Perubahan
Wujud Zat
Eksperimen
yang dilakukan pada materi ini adalah api dari es (fire from ice).
3.
Gerak
Pada
materi gerak, eksperimen yang dapat dilakukan adalah hukum-hukum Newton.
4.
Optik
Eksperimen
yang dapat dilakukan pada materi optik adalah pembiasan cahaya, pemantulan
cahaya dan sebagainya.
5.
Getaran
dan Gelombang
Eksperimen
yang dapat dilakukan pada materi getaran dan gelombang adalah gelombang
transversal dan gelombang longitudinal.
6.
Kemagnetan
dan Kelistrikan
Eksperimen
yang dapat dilakukan pada materi kemagnetan adalah ggl induksi, listrik statis,
listrik dinamis dan sebagainya.
7.
Tata
Surya
Eksperimen
yang dapat dilakukan sesuai dengan materi ini adalah melakukan eksperimen
perputaran planet-planet mengelilingi matahari.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pendekatan pembelajaran IPA/Fisika
Sekolah Menengah menurut kurikulum KTSP
yaitu pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan nilai, pendekatan
pemecahan masalah, penemuan, inkuiri, keterampilan proses, sejarah,
deduktif/induktif, belajar tuntas, modul,pendekatan dengan komputer.
Strategi pembelajaran
IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum
KTSP yaitu strategi pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak
langsung. Model pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut KTSP yaitu.model
pembelajaran langsung (Direct instruction), model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran berdasarkan permasalahan.
Metode
pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut KTSP yaitu metode ceramah,
demonstrasi, eksperimen, diskusi, proyek, karyawisata dan metode penugasan.
Pendekatan
pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum 2013 yaitu pendekatan ilmiah. Strategi
pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut Kurikulum 2013 yaitu strategi pembelajaran interaktif,
empirikdan mandiri. Model pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut
Kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran
kolaborasi, individual, teman sebaya, sikap,bermain, kelompok, mandiri dan
multimodel. Metode pembelajaran IPA/Fisika Sekolah Menengah menurut
Kurikulum 2013 yaitu examples non
examples, picture and picture, Numbered Heads Together Kepala Bernomor Spencer
Kagan (1992), Cooperative Script (Dansereau Cs., 1985), Kepala Bernomor
Struktur (Modifikasi Dari Number Heads), Student Teams-Achievement
Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995), Jigsaw (Model Tim
Ahli) (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978), Problem Based
Introduction (PBI)
(Pembelajaran Berdasarkan Masalah), artikulasi dan mind mapping.
Adapun eksperimen yang dapat dilakukan sesuai materi
IPA/Fisika sekolah menengah menurut KTSP dan kurikulum 2013 yaitu pengukuran,
perubahan wujud zat, gerak, optik, getaran dan gelombang, kemagnetan dan
kelistrikan, tata surya.
B. Saran
Saran
yang dapat kami ajukan adalah agar dalam pembelajaran IPA/Fisika sekolah
menengah menggunakan pendekatan, strategi, model dan metode yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar